Minggu, 31 Mei 2015

PERKEMBANGAN REMAJA Besarnya pengaruh teman terhadap perilaku remaja

PERKEMBANGAN REMAJA
Besarnya pengaruh teman terhadap perilaku remaja



Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Perkembangan
Dosen Pengampu: Sri Wahyuni, S.psi, M.Psi

DISUSUN OLEH:
SEBASTIAN WISNU AJI  (G000140137)
KELAS D (2) Tarbiyah
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYYAH SURAKARTA



BAB I
PENDAHULUAN
          Selain proses pertumbuhan secara fisik, manusia merupakan makhluk yang memiliki naluri untuk berkembang. Pada usia remaja atau masa peralihan dari masa anak-anak menjadi dewasa, remaja mengalami perkembangan yang sangat pesat. Diantaranya perkembangan kognitif dan perkembangan psikososial Pada masa ini sangat rentan tehadap hal-hal yang negatif. Remaja sering terpengaruh lingkungan sekitar. Remaja seperti ingin menunjukkan jati dirinya.
            Pada masa remaja sering terjadi berbagai penyimpangan tingkah laku dan sikap seseorang. Tingkah laku yang bertentangan dengan norma yang berlaku di dalam masyarakat ataupun norma agama. Berbagai penyimpangan tersebut diantaranya pergaulan bebas, merokok, mabuk-mabukan dan lain sebagainya. Perilaku yang menyimpang itu akan mempengaruhi perkembangan psikis para remaja, khususnya aspek kepribadian dan akhlak.
            Begitu banyak masalah yang sangat memprihatinkan bagi generasi masa depan bangsa. Kita tidak boleh menyalahkan anak yang nakal, karena pada masa remaja kondisi psikis anak masih labil. Hal ini merupakan tanggung jawab semua pihak, baik dari orang tua, sekolah maupun masyarakat. Karena tanpa menciptakan generasi yang hebat dan bermartabat, bangsa ini tidak akan maju.
            Dalam makalah ini, penulis mencoba menguraikan seputar perkembangan remaja yang akan mengacu beberapa teori, khususnya teori perkembangan kognitif  menurut jean piaget dan teori perkembangan psikososial menurut Erik H. Erikson. Selain itu juga di uraikan pandangan tentang remaja menurut islam serta berbagai contoh kenakalan remaja beserta solusi yang bisa ditawarkan untuk mengatasi kenakalan remaja.







BAB II
PEMBAHASAN
A. Perkembangan Remaja
            Perkembangan adalah perubahan psikis, kemampuan sosial, kecerdasan, kejiwaan dan lainya pada individu yang di pengaruhi oleh faktor herediter (keturunan) dan lingkungan. Sedangkan menurut Monks, perkembangan psikologik merupakan suatu proses yang dinamik. Dalam proses tersebut sifat individu dan sifat lingkungan akhirnya menentukan tingkah laku apa yang akan diaktualisasi dan dimanifestasi.[1]
            Secara global masa remaja merupakan masa bukan anak dan bukan dewasa yakni rentang usia 12-21 tahun. Masa remaja sering disebut Adolesensi yang berarti menjadi dewasa atau dalam perkembangan menjadi dewasa. Pada usia itu selain mengalami pertumbuhan secara fisik manusia juga mengalami perkembangan yang sangat pesat, misalnya perkembangan kognitif,  perkembangan psikososial, perkembangan seksualitas dan lain sebagainya.
1. perkembangan kognitif
            Kognisi adalah pengertian yang luas mengenai berpikir dan mengamati, jadi tingkah laku tingkah laku yang mengakibatkan orang memperoleh pengetahuan atau yang dibutuhkan untuk menggunakan pengetahuan. Seorang psikolog asal swiss, Jean Piaget membagi tahap perkembangan menjadi 4 tahap:
a. Tahap Sensori-motorik (dari lahir sampai usia 2 tahun)
b. Tahap Pra operasional (usia 18 bulan- 7 tahun)
c. Tahap operasional konkret (7-11 tahun)
d. tahap operasional formal (mulai 11 tahun keatas)
            Pada masa remaja termasuk dalam tahap Operasional Formal. Menurut piaget anak umur 11 tahun mengadakan operasi operasi formal, mampu untuk menganalisa fikiranya sendiri dan mampu untuk mengerti jalan fikiran orang lain.[2] Pada sekitar pubertas, anak memasuki tahap operasi formal. Pada titik ini, mereka menjadi mampu berpikir dan membuat penalaran tentang hal-hal yang memiliki dasar dalam realitas fisik, konsep-konsep abstrak, ide hipotetis, pernyataan yang bertentangan dengan fakta, dan sebagainya. Misalnya, mereka menjadi mampu melihat makna yang mendasari peribahasa seperti Bagai kacang lupa kulitnya atau habis manis sepah dibuang. Selain itu mereka menjadi lebih mampu memahami konsep-konsep abstrak matematika, ilmu pengetahuan, dan ilmu-ilmu sosial: angka negatif, infinity, momentum, quark, republik, hak asasi manusia, dan sebagainya.[3]
2. Perkembangan psikososial
            Salah satu teori  yang membahas tentang perkembangan adalah teori psikososial Erikson. Erikson membagi hidup manusia dalam fase-fase berdasarkan proses-proses tertentu beserta akibat-akibatnya. Proses-proses tadi dapat berakhir dengan baik atau tidak baik. Bila berakhir baik bisa memperlancar perkembangan, bila berakhir tidak baik dapat menghambatnya.[4] Erikson membagi fase perkembangan menjadi 8 fase. Pada fase ke 5 menurut erikson adalah periode anak muda atau masa yang sering disebut dengan masa pubertas ataupun remaja.
Pada masa remaja, remaja berusaha melepaskan diri dari lingkungan dan ikatan dengan orang tua karena mereka ingin mencari identitas diri. Erikson mengatakan bahwa pada saat memasuki usia remaja, remaja akan dihadapkan pada suatu pertanyaan yang sangat penting yaitu tentang pertanyaan “siapakah Aku?”. Pada saat bersamaan, ketika remaja merasakan ketidakpastian akan dirinya, lingkungan masyarakat sekitar mulai menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan remaja. Misalnya, remaja sudah harus mulai membuat langkah awal dalam menentukan kariernya, melanjutkan studinya. Dengan demikian remaja harus berusaha menemukan jawabanya baik untuk dirinya sendiri maupun bagi msyarakat sekitarnya.[5]
Seperti Freud, Erikson yakin bahwa meskipun dorongan biologis memiliki arti yang amat penting, namun tekanan sosial dan kekuatan lingkungan memiliki dampak yang lebih besar. Pengamatan terperinci atas kekuatan-kekuatan seperti ini dalam kehidupan individu akan memperlihatkan apa yang oleh Erikson disebut sebagai psikohistori (psychohistory) yakni riwayat kejadian-kejadian sosial yang berinteraksi dengan proses-proses biologis sehingga menghasilkan perilaku. Teknik yang banyak digunakan Erikson adalah menghubungkan antara pengalaman masa lalu individu dengan perilaku mereka sekarang sebagai upaya untuk memahami faktor-faktor motivasi, hasil-hasil perilaku, dan kebutuhan-kebutuhan individu pada masa berikutnya. Apabila tahapan-tahapan perkembangan dalam teori Freud mengandung ciri psikoseksual, maka tahapan-tahapan Erikson mengandung ciri psikososial, lantaran pengamatannya yang serius terhadap faktor-faktor tersebut.[6]         
B. Pandangan Islam Tentang Remaja
            Pemuda atau remaja adalah kekuatan, inspirasi, kreatifitas, ledakan, ruhiyah, ketegaran, kesegaran, energik, karya besar, dan penopang peradaban islam. Begitu berperanya pemuda dalam agama islam, sehingga pemuda beberapa kali diterangkan dalam Al Qur’an seperti surat Al kahfi yang menceritakan tentang pemuda-pemuda yang bertaqwa kepada Allah.
نَّحۡنُ نَقُصُّ عَلَيۡكَ نَبَأَهُم بِٱلۡحَقِّۚ إِنَّهُمۡ فِتۡيَةٌ ءَامَنُواْ بِرَبِّهِمۡ وَزِدۡنَٰهُمۡ هُدٗى ١٣  
Artinya: “Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk” (Al Kahfi: 13)
Para pemuda juga menjadi penopang peradaban islam. Dalam tafsirnya Ibnu Katsir menjelaskan kata “fityah” dalam surat Al Kahfi sebagai Berikut:
“...Untuk itulah kebanyakan yang menyambut (seruan Allah) dan RasulNya adalah pemuda. Adapun orang tua dari quraisy, kebanyakan mereka tetap bertahan dalam agama mereka dan tidak masuk islam kecuali sedikit saja.”
Pada awal penyebaran ajaran islam oleh Nabi Muhammad SAW kebanyakan pemeluknya adalah dari golongan pemuda pada waktu itu seperti Thalhah bin Ubaidillah (12 tahun), Arqam bi Abil Arqam (12), Abdullah bin Mas’ud (menjelang 15), saad bin Abi Waqash (17) dan masih banyak lagi pemuda yang menjadi pemeluk agama islam pada awal penyebaranya.[7] Mereka berani memeluk islam walupun harus menghadapi penyiksaan oleh kafir quraisy pada waktu itu. Selain itu ada Usamah, seorang sahabat Nabi SAW yang belum genap berusia 20 tahun yang dikirim sebagai panglima perang ke iraq atau kekaisaran persia ketika Abu Bakar Ash Shidiq menjadi khalifah.
Remaja yang berakhlak mulia senantiasa menyebarkan dakwah ajaran agama, mengatasi kebodohan guna memajukan Islam. Peran remaja atau pemuda sangat vital, kemajuan dan kemunduran suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh  generasi penerusnya, yaitu remaja.
C. Kasus-kasus yang merusak mental Remaja
Beberapa  contoh perilaku para remaja yang bisa merusak mental adalah mabuk-mabukkan, sex bebas, menonton film porno, tawuran antar pelajar, mengkonsumsi narkoba, membentuk geng motor dan sebagainya. Berikut adalah contoh kasus yang merusak remaja saat ini.
1. Mabuk-mabukan.
Minuman keras atau miras sudah tidak asing lagi di telinga kita, hampir setiap hari melalui media elektronik, media cetak ataupun media internet kita menyaksikan pemberitaan tentang miras. Entah masalah pemusnahan miras oleh aparat, razia miras di sejumlah toko ataupun razia para pelajar yang melakukan aksi mabuk-mabukan.
Sering kita jumpai di pinggir jalan atau di tempat umum para remaja mengkonsumsi miras. Terutama para remaja yang masih bersekolah, tak jarang mereka membolos dari sekolah hanya untuk mabuk-mabukan bersama teman-temanya. Hanya demi membeli miras mereka terkadang meminta uang kepada temanya, mereka mengancam temanya jika tak di beri uang. Kelakuan mereka di sekolahan pun cenderung brutal. Para pelajar yang mabuk biasanya susah diatur, tak jarang mereka membuat kericuhan di tempat umum.
            Hal itu sangat merugikan semua pihak, selain nama orang tua dan sekolah yang tercemar, serta masyarakat yang terganggu, perilaku para remaja juga berdampak kepada perkembangan mental mereka, diantaranya cenderung mudah marah (emosional), kecanduan miras akan memicu tindak kejahatan yang lainya, perilaku yang malas, melemahkan pikiran dan lain sebagainya.
2. Free Sex atau Sex Bebas
Pada masa pubertas atau awal remaja kematangan seksual berkembangan pesat, sehingga remaja mulai tertarik dengan lawan jenis. Hal ini berdampak pada sikap dan perbuatan para remaja. Banyak dari mereka yang sudah menjalani pacaran. Dalam pacaran sering terjadi perbuatan tidak senonoh, para remaja tidak sungkan untuk melakukan sex bebas dengan pacarnya sebelum adanya pernikahan. Hal ini terbukti dengan survey yang dilakukan oleh Komisi Perlindungan Anak (KPAI) sangat mencengangkan bahwa hasil penelitian tahun 2008 menyebutkan bahwa dari 4.726 responden siswa SMP/SMA di 17 kota besar menunjukkan bahwa 62,7 persen tidak perawan, 21,2 persen mengaku pernah melakukan aborsi.[8] Bukan tidak mungkin perilaku sex bebas akan meningkat pada tahun 2015 ini.
Perilaku sex bebas dikalangan remaja mengakibatkan rusaknya moral para pelaku perbuatan ini. Pelaku sex bebas akan cenderung ketagihan dengan perbuatan ini, maka semakin hari akan semakin bertambah perilaku sex bebas di kalangan remaja. Perilaku sexs bebas berdampak pada banyaknya kehamilan diluar nikah, banyaknya pernikahan di usia dini karena hamil duluan, serta aborsi yang dilakukan dengan bahaya. Secara psikis hal itu akan mempengaruhi mental remaja. Mereka yang hamil akan merasa malu dan takut terhina, tak jarang dari mereka yang nekat bunuh diri karena depresi. Tak hanya itu, mereka yang menikah karena terpaksa akibat hamil duluan akan merasa terbebani dengan anak yang akan mereka lahirkan.
Beberapa kasus diatas kebanyakan ditimbulkan dari pengaruh lingkungan, terutama pengaruh teman sebaya. Remaja cenderung tertarik dengan perilaku yang dikerjakan temanya. Bermula dari pertemanan biasa tetapi berpengaruh terhadap kepribadian yang ber implikasi terhadap tingkah laku remaja itu sendiri.
D. Solusi  Agar Remaja Selamat Dalam Menjalani Tahapan Perkembanganya
            Masa remaja sangat rentan terhadap pengaruh lingkungan. Agar remaja selamat dari kenakalan atau penyimpangan-penyimpangan yang merusak mental mereka, berikut langkah-langkah yang bisa di lakukan:
1. Memilih teman yang baik  
            Pengaruh teman sangat memberi andil bagi terbentuknya kepribadian remaja. Tidak sedikit orang yang dulunya baik berubah menjadi orang yang nakal dan kejam karena berteman dengan anak nakal. Dalam istilah jawa dikenal dengan sebutan “Ojo cedak kebo gupak” maksutnya jangan bergaul dengan orang yang nakal atau tidak baik, nanti bisa ketularan tidak baiknya. Berteman dengan orang yang baik Insya Allah akan membuat diri seseorang menjadi baik pula. “Seseorang yang bergaul dengan penjual minyak wangi akan tercium bau wanginya, meskipun tidak memakai pewangi”.
2. Menjaga pandangan dan pergaulan dengan lawan jenis
            Karena terjadi pertumbuhan dan perkembangan seksual yang sangat pesat pada masa remaja, maka remaja tertarik dengan lawan jenis dan cenderung mengumbar nafsu seksualnya. Maka remaja harus berusaha agar tidak memandang sesuatu hal yang bisa membangkitkan nafsu birahi. Selain itu remaja harus membatasi diri agar tidak melampaui batas ketika berhubungan dengan teman lawan jenis. Firman Allah SWT dalam QS. An Nur: 30-31:
Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat”. Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya”
3. Peran Orang tua
a. Memberikan pendidikan agama dan keteladanan pada anak
            Pengaruh orang tua sangat besar dalam perkembangan remaja. Orang tua harus memberikan bekal ilmu agama yang banyak kepada anaknya. Tidak hanya memberikan ilmu saja, tetapi harus diberikan keteladanan juga. Seseorang akan mudah mengikuti apa yang di lihatnya. Anak yang terdidik dalam lingkungan agama yang baik akan tumbuh menjadi seorang yang mengerti agama pula. Jika seseorang telah mengerti benar dan salah suatu perbuatan. Maka remaja akan takut untuk berbuat dosa. Firman Allah SWT dalam QS. Lukman ayat 13:
وَإِذۡ قَالَ لُقۡمَٰنُ لِٱبۡنِهِۦ وَهُوَ يَعِظُهُۥ يَٰبُنَيَّ لَا تُشۡرِكۡ بِٱللَّهِۖ إِنَّ ٱلشِّرۡكَ لَظُلۡمٌ عَظِيمٞ ١٣
Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar"
b. Memberi pengawasan terhadap anak remaja
            Banyak orang tua yang hanya memperhatikan anaknya ketika dirumah, tapi tidak mengetahui apa yang di lakukanya ketika di luar rumah. Orang tua harus mengetahui dengan siapa anaknya berteman, aktifitas yang dilakukan apa saja, dan memberikan batasan serta teguran ketika anak melanggar norma atau aturan. Dalam QS. At Tahrim ayat 6:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ قُوٓاْ أَنفُسَكُمۡ وَأَهۡلِيكُمۡ نَارٗا وَقُودُهَا ٱلنَّاسُ وَٱلۡحِجَارَةُ عَلَيۡهَا مَلَٰٓئِكَةٌ غِلَاظٞ شِدَادٞ لَّا يَعۡصُونَ ٱللَّهَ مَآ أَمَرَهُمۡ وَيَفۡعَلُونَ مَا يُؤۡمَرُونَ ٦
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”
Selain peran orang tua dan remaja itu sendiri, untuk mengatasi kenakalan remaja dan untuk membentuk remaja yang bermoral, serta berkepribadian baik maka diperlukan kerja sama semua pihak. Keluarga dengan pengawasan dan pendidikan dirumah, sekolah dengan pembelajaran dan tata tertib di sekolah, masyarakat yang menciptakan lingkungan yang aman serta kondusif, serta aparat hukum dan pemerintahan harus mendukung penegakan hukum serta membuat kebijakan ataupun aturan yang dapat mengatasi permasalahan remaja, khususnya kenakalan remaja.

















DAFTAR PUSTAKA

Prof. Dr. F.J Monks, Prof. Dr.A.M.P Knoers, Prof. Dr. Siti Rahayu Haditomo, Psikologi Perkembangan pengantar dalam berbagai bagianya, Yogyakarta: Gadjah Mada Press, 1988
Prof. Dr. Soetjiningsih, Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahanya, Jakarta: Sagung Seto, 2007
Adiba hasan, ustadz Budi Ashari, Lc : pantas mereka takut, ARRAHMAH.com, 20 april 2015








[1] Prof. Dr. F.J Monks, Prof. Dr.A.M.P Knoers, Prof. Dr. Siti Rahayu Haditomo, Psikologi Perkembangan pengantar dalam berbagai bagianya, Gadjah Mada Press, 1988, hal 3.
[2] Ibid, Halaman 101
[3] http://edukasi.kompasiana.com/2013/11/08/perkembangan-kognitif-piaget-609005.html
[4] Prof. Dr. F.J Monks, Prof. Dr.A.M.P Knoers, Prof. Dr. Siti Rahayu Haditomo, Psikologi Perkembangan pengantar dalam berbagai bagianya, Gadjah Mada Press, 1988, hal 13
[5] Prof. Dr. Soetjiningsih, Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahanya, Sagung Seto, 2007 hal 48
[7] Adiba hasan, ustadz Budi Ashari, Lc : pantas mereka takut, ARRAHMAH.com, 20 april 2015
[8] http://forum.detik.com/survei-62-persen-remaja-perempuan-indonesia-tidak-perawan-t564248.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar