BIDIKMISI HARAPAN PELAJAR MISKIN
Oleh: Sebastian Wisnu Aji (G000140137)
Salah satu masalah yang dialami pelajar indonesia adalah
terputusnya sekolah karena keterbatasan ekonomi orang tua. Kebanyakan siswa
yang lulus SMA/SMK/MA/MAK sederajat tidak melanjutkan ke jenjang Perguruan
Tinggi dikarenakan orang tua siswa tak lagi mampu untuk membiayai anaknya dalam
menempuh pendidikan. Padahal banyak anak yang berprestasi secara akademis serta
berpotensi berkembang menjadi pribadi yang unggul ingin melanjutkan sekolahnya
ke Perguruan Tinggi.
Pada tahun 2010, pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi, kementerian Pendidikan dan kebudayaan meluncurkan beasiswa bidikmisi
sebagai progam kerja 100 hari pemerintah. Beasiswa itu ditujukan kepada para
lulusan SMA sederajat yang tidak mampu secara ekonomi tetapi mempunyai potensi
dan berprestasi yang ingin melanjutkan ke Perguruan Tinggi Negeri atau Swasta.
Sejak tahun 2010 seperti dilansir dari situs resmi Ditjen Dikti,
penerima beasiswa pada tahun itu adalah 20.000 mahasiswa dan bertambah menjadi
30.000 pada 2011, 42.000 pada tahun 2012, bertambah lagi pada 2013 yakni 61.000
serta meningkat lagi pada tahun 2014 dengan 63.070. pada tahun 2015 ini akan
dilanjutkan dengan menerima 60.000 calon mahasiswa dari 120 Perguruan Tinggi
Negeri dan Perguruan Tinggi Swasta yang akan di seleksi melalui kopertis Kementerian
Ristek dan Pendidikan Tinggi.
Beberapa waktu lalu, media di Indonesia menyorot kisah Raeni,
seorang anak tukang becak dari Kendal, Jawa Tengah yang berhasil lulus dari Jurusan
Pendidikan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang dengan
IPK(Indeks Prestasi kumulatif) 3,96. Raeni merupakan penerima beasiswa bidikmisi angkatan pertama.
Selain Raeni, masih banyak mahasiswa lain yang berhasil mendapatkan
beasiswa ini, Mahfud (24), sarjana
kedokteran hewan, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Gadjah Mada
ini mengaku mendapat beasiswa bidikmisi
pada tahun 2010 setelah ditawari dari Universitas karena saat akan masuk
kesulitan untuk membayar biaya yang dipatok dari kampusnya. Anak kedua dari 4
bersaudara ini, mengaku mendapat biaya hidup sebesar 600.000 perbulan dan
selama satu semester mendapat 2,4 juta untuk biaya pendidikan dari pemerintah.
Dengan beasiswa itu, dia bisa menyelesaikan kuliah gratis, dari biaya SPP, KKN,
maupun praktikum, kecuali saat wisuda. Dengan mendapat jatah biaya hidup
600.000 perbulan, ia bisa sedikit meringankan beban kedua orang tuanya yang
hanya seorang tukang parkir. kini melanjutkan pendidikan profesi Kedokteran
hewan di UGM dengan beasiswa bidikmisi pula.
Selama ini progam pemerintah ini masih mengalami berbagai
kekurangan, diantaranya masih kurang tepatnya penyaluran beasiswa ini. Masih
banyaknya mahasiswa berasal dari keluarga mampu yang menerima beasiswa ini.
Pencairan dana yang tak menentu, terkadang 3 bulan baru bisa dicairkan, hal ini
membuat mahasiswa terkadang harus ngutang
dulu dengan teman untuk menutupi kekurangan biaya hidup. Selain itu, kurangnya sosialisasi
ataupun minimnya akses internet membuat pelajar yang berada di daerah terpencil
kurang bisa menyerap informasi tentang beasiswa yang menjadi primadona para
pelajar miskin ini.
Semakin naiknya anggaran untuk pendidikan dalam APBN, bukan tidak
mungkin akan menambah kuota penerimaan beasiswa bidikmisi beberapa tahun
mendatang. Tak hanya di Jawa saja, di harapkan beasiswa ini bisa menyebar di
seluruh penjuru negeri. Tentunya harus diimbangi dengan sistem penyaluran yang
baik.Para pimpinan dan pengelola Perguruan Tinggi harus selektif dalam memilih
calon mahasiswa yang menerima beasiswa ini. Dalam melakukan persiapan dan
pelaksanaan serta evaluasi harus transparan, sehingga pelayanan beasiswa ini
sesuai dengan prinsip 3T, yaitu: Tepat Sasaran, Tepat Jumlah dan Tepat Waktu.
Dengan adanya beasiswa ini diharapkan akan memberikan kesempatan
kepada putra-putri bangsa dari golongan kurang mampu untuk menempuh pendidikan
yang tinggi sehingga bisa memutus rantai kemiskinan. Tak hanya itu saja,
penerima bidikmisi dituntut mempunyai prestasi dan kemampuan di bidangnya.
Dengan demikian, mereka di harapkan bisa membalas jasa pemerintah dengan
mengabdi dan memajukan Negara ini menjadi Negara maju.

Sebastian
Wisnu Aji
Mahasiswa
Fakultas Agama Islam
Universitas
Muhammadiyah Surakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar