Minggu, 31 Mei 2015

BIDIKMISI HARAPAN PELAJAR MISKIN

BIDIKMISI HARAPAN PELAJAR MISKIN
Oleh: Sebastian Wisnu Aji (G000140137)

Salah satu masalah yang dialami pelajar indonesia adalah terputusnya sekolah karena keterbatasan ekonomi orang tua. Kebanyakan siswa yang lulus SMA/SMK/MA/MAK sederajat tidak melanjutkan ke jenjang Perguruan Tinggi dikarenakan orang tua siswa tak lagi mampu untuk membiayai anaknya dalam menempuh pendidikan. Padahal banyak anak yang berprestasi secara akademis serta berpotensi berkembang menjadi pribadi yang unggul ingin melanjutkan sekolahnya ke Perguruan Tinggi.
Pada tahun 2010, pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, kementerian Pendidikan dan kebudayaan meluncurkan beasiswa bidikmisi sebagai progam kerja 100 hari pemerintah. Beasiswa itu ditujukan kepada para lulusan SMA sederajat yang tidak mampu secara ekonomi tetapi mempunyai potensi dan berprestasi yang ingin melanjutkan ke Perguruan Tinggi Negeri atau Swasta.
Sejak tahun 2010 seperti dilansir dari situs resmi Ditjen Dikti, penerima beasiswa pada tahun itu adalah 20.000 mahasiswa dan bertambah menjadi 30.000 pada 2011, 42.000 pada tahun 2012, bertambah lagi pada 2013 yakni 61.000 serta meningkat lagi pada tahun 2014 dengan 63.070. pada tahun 2015 ini akan dilanjutkan dengan menerima 60.000 calon mahasiswa dari 120 Perguruan Tinggi Negeri dan Perguruan Tinggi Swasta yang akan di seleksi melalui kopertis Kementerian Ristek dan Pendidikan Tinggi.
Beberapa waktu lalu, media di Indonesia menyorot kisah Raeni, seorang anak tukang becak dari Kendal, Jawa Tengah yang berhasil lulus dari Jurusan Pendidikan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang dengan IPK(Indeks Prestasi kumulatif) 3,96. Raeni merupakan  penerima beasiswa bidikmisi angkatan pertama.
Selain Raeni, masih banyak mahasiswa lain yang berhasil mendapatkan beasiswa ini, Mahfud (24), sarjana  kedokteran hewan, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Gadjah Mada ini  mengaku mendapat beasiswa bidikmisi pada tahun 2010 setelah ditawari dari Universitas karena saat akan masuk kesulitan untuk membayar biaya yang dipatok dari kampusnya. Anak kedua dari 4 bersaudara ini, mengaku mendapat biaya hidup sebesar 600.000 perbulan dan selama satu semester mendapat 2,4 juta untuk biaya pendidikan dari pemerintah. Dengan beasiswa itu, dia bisa menyelesaikan kuliah gratis, dari biaya SPP, KKN, maupun praktikum, kecuali saat wisuda. Dengan mendapat jatah biaya hidup 600.000 perbulan, ia bisa sedikit meringankan beban kedua orang tuanya yang hanya seorang tukang parkir. kini melanjutkan pendidikan profesi Kedokteran hewan di UGM dengan beasiswa bidikmisi pula.
Selama ini progam pemerintah ini masih mengalami berbagai kekurangan, diantaranya masih kurang tepatnya penyaluran beasiswa ini. Masih banyaknya mahasiswa berasal dari keluarga mampu yang menerima beasiswa ini. Pencairan dana yang tak menentu, terkadang 3 bulan baru bisa dicairkan, hal ini membuat mahasiswa terkadang harus ngutang dulu dengan teman untuk menutupi kekurangan biaya hidup. Selain itu, kurangnya sosialisasi ataupun minimnya akses internet membuat pelajar yang berada di daerah terpencil kurang bisa menyerap informasi tentang beasiswa yang menjadi primadona para pelajar miskin ini.
Semakin naiknya anggaran untuk pendidikan dalam APBN, bukan tidak mungkin akan menambah kuota penerimaan beasiswa bidikmisi beberapa tahun mendatang. Tak hanya di Jawa saja, di harapkan beasiswa ini bisa menyebar di seluruh penjuru negeri. Tentunya harus diimbangi dengan sistem penyaluran yang baik.Para pimpinan dan pengelola Perguruan Tinggi harus selektif dalam memilih calon mahasiswa yang menerima beasiswa ini. Dalam melakukan persiapan dan pelaksanaan serta evaluasi harus transparan, sehingga pelayanan beasiswa ini sesuai dengan prinsip 3T, yaitu: Tepat Sasaran, Tepat Jumlah dan Tepat Waktu.
Dengan adanya beasiswa ini diharapkan akan memberikan kesempatan kepada putra-putri bangsa dari golongan kurang mampu untuk menempuh pendidikan yang tinggi sehingga bisa memutus rantai kemiskinan. Tak hanya itu saja, penerima bidikmisi dituntut mempunyai prestasi dan kemampuan di bidangnya. Dengan demikian, mereka di harapkan bisa membalas jasa pemerintah dengan mengabdi dan memajukan Negara ini menjadi Negara maju.




                                                                                                   Sebastian Wisnu Aji
                                                              Mahasiswa Fakultas Agama Islam

                                                         Universitas Muhammadiyah Surakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar