PENGARUH KEBERADAAN KELOMPOK PREMAN YANG BERMARKAS DI SEKITAR SEKOLAH
TERHADAP PERKEMBANGAN BELAJAR SISWA DI SEKOLAH
Disusun
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sosiologi Pendidikan
Dosen
Pengampu: Drs. Ma’arif Jamuin M.Si
Disusun
oleh:
SEBASTIAN
WISNU AJI (G000140137)
KELAS
A (2) TARBIYAH
FAKULTAS
AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH SURAKARTA
ABSTRAK
Pengaruh Keberadaan Kelompok Preman Yang Bermarkas Di Sekitar
Sekolah Terhadap Perkembangan Belajar Siswa Di Sekolah
Oleh: Sebastian Wisnuaji
Pendidikan sangat dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya.
Keberadaan preman di sekitar sekolah sangat mempengaruhi kegiatan belajar di
sekolah terutama pengaruhnnya terhadap perkembangan belajar siswa. Keberadaan
preman itu disebabkan karena banyaknya pengangguran yang bermula dari putus
sekolah yang kemudian membentuk kelompok yang aktivitasnya merugikan
masyarakat.
Aktifitas para preman itu sering melanggar norma agama maupun
masyarakat. Diantara perbuatan yang mereka lakukan adalah mabuk-mabukan disekitar
sekolah, menggoda siswa perempuan, meminta uang kepada para siswa. Siswa yang
setiap hari menghadapi lingkungan yang seperti itu akan terpengaruh karena pada
masa sekolah anak masih labil dan mudah menerima rangsangan dari luar.
Penulisan ini menggunakan metode penelitian yang terkokus pada kajian
pustaka-pustaka yang valid dan referensi dari internet yang sumbernya dapat di
pertanggung jawabkan. Penulis menggabungakan pendapat para ahli dan menghubungkanya
dengan kenyataan di lapangan.
Keberadaan para preman dengan aktivitasnya dilingkungan sekolah
sangat berdampak negatif terhadap perkembangan kepribadian para siswa. Mereka
yang tidak bergaul maupun yang bergaul secara langsung dengan kelompok preman
disekitar sekolah itu akan terkena dampaknya. Siswa yang bergaul secara
langsung akan terkena dampak yang paling besar. Mereka menjadi siswa yang nakal
dan berani melakukan tindakan kriminal. Lingkungan yang tidak baik akan
membentuk anak-anak yang tidak baik pula.
Kata Kunci: Preman, Siswa, Lingkungan sekolah
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sekolah merupakan tempat kegiatan belajar para siswa. Di sekolah
banyak terjadi interaksi sosial antara guru, siswa, karyawan dan lain-lain.Keadaan
di lingkungan sekitar sekolah atau di luar sekolah sangat mempengaruhi suasana
di dalam sekolah, karena sekolah sendiri tidak bisa dilepaskan dari pengaruh
lingkungan sekitar, salah satunya yaitu keadaan masyarakat di sekitar sekolah.
Setiap warga sekolah hampir setiap hari bertemu dengan mereka.
Menurut Ary H Gunawan, masalah putus sekolah khususnya pada jenjang pendidikan rendah kemudian tidak
bekerja atau berpenghasilan tetap merupakan beban masyarakat bahkan sering
mengganggu ketenteraman masyarakat. Hal ini diakibatkan kurangnya pendidikan
atau pengalaman intelektual, serta tidak memiliki keterampilan untuk menopang
kehidupanya sehari-hari. Lebih-lebih jika mengalami frustasi dan merasa rendah
diri tetapi bersikap overkompensasi, bisa menimbulkan gangguan dalam masyarakat
berupa perbuatan kenakalan yang bertentangan dengan norma-norma sosial yang
positif.[1]
Mereka yang tidak punya pekerjaan terkadang membentuk sebuah
kelompok yang kegiatanya meresahkan masyarakat pada umumnya.Tak terkecuali
sekolah yang juga terkena dampak dari keberadaan mereka. Di masyarakat, mereka
sering dikenal dengan sebutan preman. Sebenarnya yang dinamakan “preman” itu
tidak hanya orang yang tidak mempunyai pekerjaan kemudian sering melakukan
tindakan yang tidak sesuai dengan norma di masyarakat, akan tetapi ada juga
preman yang berpakaian rapi dan secara penampilan tampak seperti orang yang
bekerja di kantoran. Disini penulis hanya akan menjelaskan tentang preman yang
sering meresahkankan dengan keberadaanya di masyarakat. Tempat mereka berkumpul
terkadang berdekatan dengan sekolah, hal ini berdampak terhadap situasi di
dalam sekolah. Yang paling besar terkena dampaknya adalah para siswa, karena
mereka sangat mudah terpengaruh kepada hal yang negatif.
B. Rumusan Masalah
Apa pengaruh keberadaan kelompok preman yang bermarkasdisekitar
sekolah terhadap perkembangan belajar siswa? (aspek kepribadian-akhlaq dan
sikap)
C. Tujuan
Mengetahui pengaruh keberadaan kelompok preman yang bermarkas
disekitar sekolah terhadap perkembangan belajar siswa.
BAB II
METODE PENULISAN
A.
Pengumpulan Data
Penulis dalam karya tulis ini menggunakan metode kajian pustaka
atau library researchuntuk memperoleh data dan informasi. Metode
penulisan dengan kajian pustaka adalah melakukan penulisan dengan obyek
penelitian yang terfokus pada pustaka-pustaka. Penulis mencari referensi dari
media cetak ataupun media internet yang valid dan dapat dipertanggung jawabkan
serta relevan atau saling berhubungan dengan obyek penelitian.
B.
Analisis Data
Setelah
data yang diperlukan terkumpul, dilakukan pengolahan data dengan menyusun
secara sistematis dan logis. Pengolahan data dilakukan dengan memadukan
beberapa informasi untuk dijadikan satu argumen dan cara pandang suatu masalah.
Sehingga dapat dikatakan teknik pengolahan data dan informasi dilakukan dengan
deskriptif argumentatif, dengan tulisan yang bersifat deskriptif yang menguraikan tentang dampak keberadaan kelompok
preman disekitar sekolah terhadap perkembangan belajar siswa karya tulis ini
menguraikansecara
rinci tentang pengertian dan
aktifitas preman di sekitar sekolahan.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Pengertian Preman
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, preman adalah sebutan kepada
orang jahat (penodong, perampok, pemeras, dan sebagainya).[2]Di
dalam masyarakat preman identik dengan sesuatu yang seram, menakutkan dan
sering membuat kericuhan. Tetapi dari golongan intelektual menganggap istilah
preman itu tidak hanya sebatas orang yang berada dijalanan, gondrong, ataupun
suka menodong, tetapi lebih dari itu.
Menurut Ulung Koeshendratmoko, ada beberapa kategori preman yang
hidup dan berkembang di masyarakat, mulai dari preman tingkat bawah, menengah,
atas dan kalangan elite.Untuk kelas pertama, penampilannya dekil, bertato, dan
berambut gondrong. Mereka spesialis tindak kriminal ringan. Untuk kelas
menengah lebih rapi dan juga mempunyai pendidikan cukup. Mereka biasa bekerja
dengan suatu organisasi secara formal atau legal. Mereka preman yang disewa
oleh lembaga perbankan untuk menagih hutang nasabah, semisal agen debt
collector . Preman kelas atas adalah kelompok organisasi yang berlindung di
balik parpol atau organisasi massa, bahkan berlindung di balik agama tertentu.
Untuk tingkat elite ditempati oknum aparat yang menjadi tameng perilaku
premanisme. Kepremanan mereka biasanya tidak tampak karena mereka adalah aktor
intelektual premanisme.[3]
Preman di masyarakat kebanyakan dari golongan preman tingkat bawah.
Mereka dianggap sebagai orang yang brutal, sering membuat masalah. Kebanyakan
dari mereka sering memakai anting, bertatto serta rambut yang diwarnai. Hal itu
akan memberikan kesan bahwa mereka itu menakutkan, jagoan dan pemberani. Mereka
seperti ingin menunjukkan kepada semua orang tentang jati dirinya.
B. Aktivitas Preman di sekitar sekolah
Para preman itu biasanya
membentuk sebuah kelompok yang terdiri dari 2 orang atau lebih. Kebanyakan dari
mereka seumuran dan mempunyai kebiasaan yang sama.Acapkali terlihat pula
timbulnya perselisihan, perkelahian, dan perilaku lainya yang merusak sifat
hubungan pergaulan dan bahkan menimbulkan kemungkinan tercetusnya luapan emosi,
yang tidak hanya merusak hubungan melainkan merusak individu dan segala sesuatu
yang ada di lingkungan sekitarnya.[4]
Gerombolan preman yang sering berkumpul bersama biasanya mempunyai basecampatau
markas yang digunakan untuk kegiatan mereka. Terkadang markas mereka berdekatan
dengan sekolah. Hal ini sangat berdampak terhadap kegiatan belajar siswa di
sekolah. Para preman itu biasanya melakukan hal-hal sebagai berikut: mabuk atau
minum-minuman keras, meminta uang kepada siswa ketika mereka keluar sekolah,
menggoda siswa perempuan, mengajak siswa
untuk ikut berkumpul dengan mereka.
Sebagai contoh seperti kejadian di Surabaya, karena pengaruh alkohol, seorang preman bernama AS
(17) warga Simorejo Sari A menganiaya dua siswa SMK. Dua siswa SMK yaitu Holis
(16) dan Rochli (16). AS menganiaya keduanya karena menolak memberi uang.
"Sebelumnya tersangka mengaku baru saja minum miras sehingga membuatnya
mabuk," kata Kapolsek Sukomanunggal, AKP Eusebia Torimtubun, kepada
wartawan di mapolsek, Jalan Sukomanunggal Jaya, Selasa (15/12/2009).Perwira
yang akrab dipanggil Sebi ini menceritakan tempat mangkal preman di bawah umur
itu memang di sekitar sekolah kedua korban yakni SMK Sejahtera di Jalan
Simorukun.[5]
Kejadian itu merupakan salah satu bukti bahwa di lingkungan sekitar
sekolah terdapat aktivitas yang dilakukan oleh preman.Dan masih banyak lagi
tingkah dan kelakuan mereka di sekitar sekolah. Aktivitas yang mereka lakukan
itu sebagian besar melanggar norma-norma yang berlaku di masyarakat. Kejadian-kejadian
ataupun aktivitas preman itu masih banyak dijumpai di sekitar sekolah-sekolah.Hal
itu sangat merugikan lingkungan sekitar, khususnya lingkungan sekolah dan bisa
membahayakan pelajar maupun warga sekolah yang lain.
C. Pengaruh keberadaan preman di sekitar sekolah terhadap
perkembangan belajar siswa
Perkembangan belajar anak di sekolah tidak hanya dipengaruhi oleh
lingkungan di sekolah saja, tetapi juga dipengaruhi keadaan di dalam keluarga,
di masyarakat termasuk lingkungan di sekitar sekolah. Keberadaan preman
disekitar sekolah yang sering melakukan aktivitas negatif berdampak pada
perkembangan belajar siswa, terutama berdampak kepada pada kepribadian maupun
akhlak siswa.
Dalam usia remaja pada umumnya belum memiliki kematangan sosial (social
maturity) sehingga masih labil dalam menentukan sikap, tingkah laku dan
perbuatan. Mereka masih mudah terkena pengaruh dan rangsangan-rangsangan dari
luar. Dalam kondisi ini kadang-kadang dimanfaatkan oleh pihak yang
berkepentingan dengan memberikan ajaran-ajaran, ide-ide, motivasi-motivasi yang
pada giliranya bisa membentuk suatu sikap dan gaya hidup bahkan kepribadian.[6]
Beberapa dampak yang diakibatkan dengan keberadaan preman disekitar sekolah terhadap
perkembangan kepribadian siswa adalah sebagai berikut:
1. Siswa akan mengikuti gaya preman.
Pada umumnya siswa
sangat mudah terpengaruh dengan lingkunganya. Siswa yang melihat gaya
penampilan preman itu akan mengikuti gaya mereka, karena mereka ingin dicap
sebagai siswa yang berani ataupun berani tampil beda. Mereka ada yang
bertindik, rambutnya diwarnai ataupun membentuk potongan rambut yang meniru
para preman itu.
2. Siswa sering membuat keributan didalam sekolah.
Biasanya siswa
yang ikut berkumpul dan bergaul bersama preman itu akan menunjukkan sikap yang
melanggar aturan di sekolah. Mereka membentuk gang dengan temanya, gang
itu berisi orang-orang yang suka berbuat kenakalan. Terkadang sikap mereka tak terkendali. Mereka sering membuat
keributan di sekolah, membuat gaduh di dalam kelas dan lain sebagainya. Mereka
ingin menunjukkan jati dirinya bahwa tidak takut dengan siapapun, karena
memiliki teman para preman itu.
3. Siswa mengalami penurunan konsentrasi belajar.
keberadaan preman
di sekitar sekolah juga berdampak pada aktivitas belajar siswa di dalam kelas.
Siswa yang sering mengalami pemalakan diluar sekolah akan merasa takut dan
was-was. Siswa perempuan yang mendapat godaan dari para preman itu juga sering
merasa risih, bahkan ada yang ketakutan. Hal itu akan berdampak pada
konsentrasi belajar siswa di dalam kelas.
4. Siswa melakukan tindakan kriminal.
Siswa yang bergaul dengan para preman akan mengikuti apa yang
dilakukan para preman itu. Mereka sering mabuk-mabukan bersama bahkan berani
memakai narkoba maupun melakukan sex bebas dengan lawan jenis karena sudah
bergaul akrab dengan gerombolan preman itu. Tak jarang pula mereka meminta uang
atau melakukan pemalakan kepada temanya karena di suruh oleh para preman di
luar sekolah.
Daerah anak-anak nakal akan menghasilkan anak-anak nakal pula.
Kelakuan sosial anak serta norma-norma lingkungan tempat anak itu bermain dan
bergaul tercermin pada kelakuan anak-anak.[7]
Tidak sedikit pelajar yang semula baik berubah menjadi seorang yang nakal
bahkan brutal kalau tidak bisa mengendalikan serta menjaga dirinya sendiri.
Karena aspek lingkungan sangat berpengaruh dalam perkembangan kepribadian para
siswa.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Lingkungan di sekitar sekolah sangat mempengaruhi proses belajar
didalam sekolah itu. Lingkungan yang tidak baik diantaranyaterdapat kelompok
preman di sekitar sekolah yang sering berbuat onar dan melanggar norma yang
berlaku di masyarakat. Mereka melakukan aktivitas seperti mabuk-mabukan,
pemalakan kepada siswa, menggoda siswa perempuan, mengajak bergabung para siswa
kedalam kelompoknya dan sebagainya.Hal ini berdampak pada perkembangan siswa,
terutama aspek kepribadian maupun akhlak. Siswa yang mendapat tekanan ataupun
ikut bergabung dalam kelompok itu akan cenderung mempunyai sifat yang negatif.
Siswa sangat cepat terpengaruh dengan
gaya preman karena pelajar cenderung akan meniru apa yang dilihatnya. Mereka
yang terpengaruh oleh para preman itu biasanya sering membuat keributan di
sekolah, susah diatur dan cenderung brutal.
B. Saran
Dengan permasalahan yang telah diuraikan diatas, maka penulis
memberikan saran yaitu antara sekolah, orang tua, masyarakat serta pejabat yang
berkuasa harus bekerja sama dalam mengatasi permasalahan ini. Sekolah harus
memberikan arahan serta bimbingan agar siswa tidak berhubungan dengan kelompok
preman di linkungan sekitar sekolah. Orang tua lebih protektif terhadap
anaknya, masyarakat harus melaporkan kepada aparat keamanan jika terjadi
perilaku yang mengganggu ketertiban lingkungan serta pejabat yang berkuasa
harus menggunakan wewenangnya untuk menciptakan aturan tentang menjaga
ketertiban dan keamanan lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Ary H, Gunawan.
2000. Sosiologi pendidikan, suatu analisis sosiologi tentang pelbagai
problem pendidikan, Jakarta:Rineka Cipta
Departemen
pendidikan nasional. 2008 edisi keempat.Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama
http://www.koran-sindo.com/read/955671/151/razia-bukan-preman-1422245791 diakses tanggal 15 April 2015
Nunik, Hartini,
Penyebab Rusaknya Moral Remaja, suara merdeka, 20 september 2003
Nyai Singgih D,
Gunarsa dan Singgih D. 1991. Gunarsa,psikologi untuk muda-mudi, Jakarta:
BPK Gunung Mulia
S. Nasution.
1999. Sosiologi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara
http://news.detik.com/surabaya/read/2009/12/15/112001/1260305/466/mabuk-preman-hajar-dua-pelajar-smk diakses tanggal 15 April 2015
[1]. Ary H. Gunawan, Sosiologi pendidikan, suatu analisis sosiologi
tentang pelbagai problem pendidikan, Jakarta, Rineka Cipta, 2000, hal.71
[2] Departemen pendidikan nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, gramedia
pustaka utama, 2008 edisi keempat.
[3]Pendapat Ulung koeshendratmoko yang dikutip www.koran-sindo.com,Razia (bukan)
preman, Senin, 26 Januari 2015
[4]Dra. Ny Y. Singgih D. Gunarsa dan Dr. Singgih D. Gunarsa,psikologi
untuk muda-mudi, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1991, hal 37
[5] Imam wahyudianta melaporkan
dalam detiknews.com dari surabaya pada hari selasa, 15 Desember 2009
[6] Nunik Hartini, Penyebab Rusaknya Moral Remaja, suara merdeka,
20 september 2003
[7]Prof. Dr. S. Nasution, M.A, Sosiologi Pendidikan, Jakarta: Bumi
Aksara 1999, hal. 155
Tidak ada komentar:
Posting Komentar