PERKEMBANGAN REMAJA
Besarnya pengaruh teman terhadap perilaku remaja
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Perkembangan
Dosen Pengampu: Sri Wahyuni, S.psi, M.Psi
DISUSUN OLEH:
SEBASTIAN WISNU AJI (G000140137)
KELAS D (2) Tarbiyah
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYYAH SURAKARTA
BAB I
PENDAHULUAN
Selain proses pertumbuhan secara fisik,
manusia merupakan makhluk yang memiliki naluri untuk berkembang. Pada usia
remaja atau masa peralihan dari masa anak-anak menjadi dewasa, remaja mengalami
perkembangan yang sangat pesat. Diantaranya perkembangan kognitif dan
perkembangan psikososial Pada masa ini sangat rentan tehadap hal-hal yang
negatif. Remaja sering terpengaruh lingkungan sekitar. Remaja seperti ingin
menunjukkan jati dirinya.
Pada
masa remaja sering terjadi berbagai penyimpangan tingkah laku dan sikap
seseorang. Tingkah laku yang bertentangan dengan norma yang berlaku di dalam
masyarakat ataupun norma agama. Berbagai penyimpangan tersebut diantaranya
pergaulan bebas, merokok, mabuk-mabukan dan lain sebagainya. Perilaku yang
menyimpang itu akan mempengaruhi perkembangan psikis para remaja, khususnya
aspek kepribadian dan akhlak.
Begitu
banyak masalah yang sangat memprihatinkan bagi generasi masa depan bangsa. Kita
tidak boleh menyalahkan anak yang nakal, karena pada masa remaja kondisi psikis
anak masih labil. Hal ini merupakan tanggung jawab semua pihak, baik dari orang
tua, sekolah maupun masyarakat. Karena tanpa menciptakan generasi yang hebat
dan bermartabat, bangsa ini tidak akan maju.
Dalam
makalah ini, penulis mencoba menguraikan seputar perkembangan remaja yang akan
mengacu beberapa teori, khususnya teori perkembangan kognitif menurut jean piaget dan teori perkembangan
psikososial menurut Erik H. Erikson. Selain itu juga di uraikan pandangan
tentang remaja menurut islam serta berbagai contoh kenakalan remaja beserta
solusi yang bisa ditawarkan untuk mengatasi kenakalan remaja.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perkembangan Remaja
Perkembangan adalah perubahan psikis,
kemampuan sosial, kecerdasan, kejiwaan dan lainya pada individu yang di
pengaruhi oleh faktor herediter (keturunan) dan lingkungan. Sedangkan menurut
Monks, perkembangan psikologik merupakan suatu proses yang dinamik. Dalam
proses tersebut sifat individu dan sifat lingkungan akhirnya menentukan tingkah
laku apa yang akan diaktualisasi dan dimanifestasi.[1]
Secara global masa remaja merupakan
masa bukan anak dan bukan dewasa yakni rentang usia 12-21 tahun. Masa remaja
sering disebut Adolesensi yang berarti menjadi dewasa atau dalam perkembangan
menjadi dewasa. Pada usia itu selain mengalami pertumbuhan secara fisik manusia
juga mengalami perkembangan yang sangat pesat, misalnya perkembangan kognitif, perkembangan psikososial, perkembangan
seksualitas dan lain sebagainya.
1.
perkembangan kognitif
Kognisi adalah pengertian yang luas
mengenai berpikir dan mengamati, jadi tingkah laku tingkah laku yang
mengakibatkan orang memperoleh pengetahuan atau yang dibutuhkan untuk
menggunakan pengetahuan. Seorang psikolog asal swiss, Jean Piaget membagi tahap
perkembangan menjadi 4 tahap:
a. Tahap Sensori-motorik (dari lahir sampai usia 2 tahun)
b.
Tahap Pra operasional (usia 18 bulan- 7 tahun)
c.
Tahap operasional konkret (7-11 tahun)
d.
tahap operasional formal (mulai 11 tahun keatas)
Pada masa remaja termasuk dalam
tahap Operasional Formal. Menurut piaget anak umur 11 tahun mengadakan operasi
operasi formal, mampu untuk menganalisa fikiranya sendiri dan mampu untuk
mengerti jalan fikiran orang lain.[2] Pada
sekitar pubertas, anak memasuki tahap operasi formal. Pada titik ini, mereka
menjadi mampu berpikir dan membuat penalaran tentang hal-hal yang memiliki
dasar dalam realitas fisik, konsep-konsep abstrak, ide hipotetis, pernyataan
yang bertentangan dengan fakta, dan sebagainya. Misalnya, mereka menjadi mampu
melihat makna yang mendasari peribahasa seperti Bagai kacang lupa kulitnya atau
habis manis sepah dibuang. Selain itu mereka menjadi lebih mampu memahami
konsep-konsep abstrak matematika, ilmu pengetahuan, dan ilmu-ilmu sosial: angka
negatif, infinity, momentum, quark, republik, hak asasi manusia, dan sebagainya.[3]
2.
Perkembangan psikososial
Salah satu teori yang membahas tentang perkembangan adalah
teori psikososial Erikson. Erikson membagi hidup manusia dalam fase-fase
berdasarkan proses-proses tertentu beserta akibat-akibatnya. Proses-proses tadi
dapat berakhir dengan baik atau tidak baik. Bila berakhir baik bisa
memperlancar perkembangan, bila berakhir tidak baik dapat menghambatnya.[4] Erikson
membagi fase perkembangan menjadi 8 fase. Pada fase ke 5 menurut erikson adalah
periode anak muda atau masa yang sering disebut dengan masa pubertas ataupun
remaja.
Pada masa remaja, remaja berusaha melepaskan diri dari lingkungan
dan ikatan dengan orang tua karena mereka ingin mencari identitas diri. Erikson
mengatakan bahwa pada saat memasuki usia remaja, remaja akan dihadapkan pada
suatu pertanyaan yang sangat penting yaitu tentang pertanyaan “siapakah Aku?”.
Pada saat bersamaan, ketika remaja merasakan ketidakpastian akan dirinya,
lingkungan masyarakat sekitar mulai menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan
remaja. Misalnya, remaja sudah harus mulai membuat langkah awal dalam
menentukan kariernya, melanjutkan studinya. Dengan demikian remaja harus
berusaha menemukan jawabanya baik untuk dirinya sendiri maupun bagi msyarakat
sekitarnya.[5]
Seperti Freud, Erikson yakin bahwa meskipun dorongan biologis
memiliki arti yang amat penting, namun tekanan sosial dan kekuatan lingkungan
memiliki dampak yang lebih besar. Pengamatan terperinci atas kekuatan-kekuatan
seperti ini dalam kehidupan individu akan memperlihatkan apa yang oleh Erikson
disebut sebagai psikohistori (psychohistory) yakni riwayat
kejadian-kejadian sosial yang berinteraksi dengan proses-proses biologis
sehingga menghasilkan perilaku. Teknik yang banyak digunakan Erikson adalah
menghubungkan antara pengalaman masa lalu individu dengan perilaku mereka
sekarang sebagai upaya untuk memahami faktor-faktor motivasi, hasil-hasil
perilaku, dan kebutuhan-kebutuhan individu pada masa berikutnya. Apabila
tahapan-tahapan perkembangan dalam teori Freud mengandung ciri psikoseksual,
maka tahapan-tahapan Erikson mengandung ciri psikososial, lantaran
pengamatannya yang serius terhadap faktor-faktor tersebut.[6]
B. Pandangan Islam Tentang Remaja
Pemuda atau remaja adalah kekuatan,
inspirasi, kreatifitas, ledakan, ruhiyah, ketegaran, kesegaran, energik, karya
besar, dan penopang peradaban islam. Begitu berperanya pemuda dalam agama
islam, sehingga pemuda beberapa kali diterangkan dalam Al Qur’an seperti surat Al
kahfi yang menceritakan tentang pemuda-pemuda yang bertaqwa kepada Allah.
نَّحۡنُ نَقُصُّ
عَلَيۡكَ نَبَأَهُم بِٱلۡحَقِّۚ إِنَّهُمۡ فِتۡيَةٌ ءَامَنُواْ بِرَبِّهِمۡ وَزِدۡنَٰهُمۡ
هُدٗى ١٣
Artinya:
“Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar. Sesungguhnya
mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambah
pula untuk mereka petunjuk” (Al Kahfi: 13)
Para pemuda juga menjadi penopang peradaban islam. Dalam tafsirnya
Ibnu Katsir menjelaskan kata “fityah” dalam surat Al Kahfi sebagai Berikut:
“...Untuk itulah kebanyakan yang menyambut (seruan Allah) dan
RasulNya adalah pemuda. Adapun orang tua dari quraisy, kebanyakan mereka tetap
bertahan dalam agama mereka dan tidak masuk islam kecuali sedikit saja.”
Pada awal penyebaran ajaran islam oleh Nabi Muhammad SAW kebanyakan
pemeluknya adalah dari golongan pemuda pada waktu itu seperti Thalhah bin
Ubaidillah (12 tahun), Arqam bi Abil Arqam (12), Abdullah bin Mas’ud (menjelang
15), saad bin Abi Waqash (17) dan masih banyak lagi pemuda yang menjadi pemeluk
agama islam pada awal penyebaranya.[7]
Mereka berani memeluk islam walupun harus menghadapi penyiksaan oleh kafir
quraisy pada waktu itu. Selain itu ada Usamah, seorang sahabat Nabi SAW yang
belum genap berusia 20 tahun yang dikirim sebagai panglima perang ke iraq atau
kekaisaran persia ketika Abu Bakar Ash Shidiq menjadi khalifah.
Remaja yang berakhlak mulia senantiasa menyebarkan dakwah ajaran
agama, mengatasi kebodohan guna memajukan Islam. Peran remaja atau pemuda
sangat vital, kemajuan dan kemunduran suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh generasi penerusnya, yaitu remaja.
C. Kasus-kasus yang merusak mental Remaja
Beberapa contoh perilaku
para remaja yang bisa merusak mental adalah mabuk-mabukkan, sex bebas, menonton
film porno, tawuran antar pelajar, mengkonsumsi narkoba, membentuk geng motor
dan sebagainya. Berikut adalah contoh kasus yang merusak remaja saat ini.
1. Mabuk-mabukan.
Minuman keras atau miras sudah tidak asing lagi di telinga kita,
hampir setiap hari melalui media elektronik, media cetak ataupun media internet
kita menyaksikan pemberitaan tentang miras. Entah masalah pemusnahan miras oleh
aparat, razia miras di sejumlah toko ataupun razia para pelajar yang melakukan
aksi mabuk-mabukan.
Sering
kita jumpai di pinggir jalan atau di tempat umum para remaja mengkonsumsi
miras. Terutama para remaja yang masih bersekolah, tak jarang mereka membolos
dari sekolah hanya untuk mabuk-mabukan bersama teman-temanya. Hanya demi
membeli miras mereka terkadang meminta uang kepada temanya, mereka mengancam
temanya jika tak di beri uang. Kelakuan mereka di sekolahan pun cenderung
brutal. Para pelajar yang mabuk biasanya susah diatur, tak jarang mereka
membuat kericuhan di tempat umum.
Hal itu sangat merugikan semua
pihak, selain nama orang tua dan sekolah yang tercemar, serta masyarakat yang
terganggu, perilaku para remaja juga berdampak kepada perkembangan mental
mereka, diantaranya cenderung mudah marah (emosional), kecanduan miras akan
memicu tindak kejahatan yang lainya, perilaku yang malas, melemahkan pikiran
dan lain sebagainya.
2.
Free Sex atau Sex Bebas
Pada masa pubertas atau awal remaja kematangan seksual berkembangan
pesat, sehingga remaja mulai tertarik dengan lawan jenis. Hal ini berdampak
pada sikap dan perbuatan para remaja. Banyak dari mereka yang sudah menjalani
pacaran. Dalam pacaran sering terjadi perbuatan tidak senonoh, para remaja
tidak sungkan untuk melakukan sex bebas dengan pacarnya sebelum adanya
pernikahan. Hal ini terbukti dengan survey yang dilakukan oleh Komisi
Perlindungan Anak (KPAI) sangat mencengangkan bahwa hasil penelitian tahun 2008
menyebutkan bahwa dari 4.726 responden siswa SMP/SMA di 17 kota besar
menunjukkan bahwa 62,7 persen tidak perawan, 21,2 persen mengaku pernah
melakukan aborsi.[8]
Bukan tidak mungkin perilaku sex bebas akan meningkat pada tahun 2015 ini.
Perilaku sex bebas dikalangan remaja mengakibatkan rusaknya moral
para pelaku perbuatan ini. Pelaku sex bebas akan cenderung ketagihan dengan
perbuatan ini, maka semakin hari akan semakin bertambah perilaku sex bebas di
kalangan remaja. Perilaku sexs bebas berdampak pada banyaknya kehamilan diluar
nikah, banyaknya pernikahan di usia dini karena hamil duluan, serta aborsi yang
dilakukan dengan bahaya. Secara psikis hal itu akan mempengaruhi mental remaja.
Mereka yang hamil akan merasa malu dan takut terhina, tak jarang dari mereka
yang nekat bunuh diri karena depresi. Tak hanya itu, mereka yang menikah karena
terpaksa akibat hamil duluan akan merasa terbebani dengan anak yang akan mereka
lahirkan.
Beberapa kasus diatas kebanyakan ditimbulkan dari pengaruh
lingkungan, terutama pengaruh teman sebaya. Remaja cenderung tertarik dengan
perilaku yang dikerjakan temanya. Bermula dari pertemanan biasa tetapi
berpengaruh terhadap kepribadian yang ber implikasi terhadap tingkah laku
remaja itu sendiri.
D. Solusi Agar Remaja Selamat
Dalam Menjalani Tahapan Perkembanganya
Masa remaja sangat rentan terhadap
pengaruh lingkungan. Agar remaja selamat dari kenakalan atau
penyimpangan-penyimpangan yang merusak mental mereka, berikut langkah-langkah
yang bisa di lakukan:
1.
Memilih teman yang baik
Pengaruh teman sangat memberi andil
bagi terbentuknya kepribadian remaja. Tidak sedikit orang yang dulunya baik
berubah menjadi orang yang nakal dan kejam karena berteman dengan anak nakal.
Dalam istilah jawa dikenal dengan sebutan “Ojo cedak kebo gupak”
maksutnya jangan bergaul dengan orang yang nakal atau tidak baik, nanti bisa
ketularan tidak baiknya. Berteman dengan orang yang baik Insya Allah akan
membuat diri seseorang menjadi baik pula. “Seseorang yang bergaul dengan
penjual minyak wangi akan tercium bau wanginya, meskipun tidak memakai pewangi”.
2. Menjaga
pandangan dan pergaulan dengan lawan jenis
Karena terjadi pertumbuhan dan
perkembangan seksual yang sangat pesat pada masa remaja, maka remaja tertarik
dengan lawan jenis dan cenderung mengumbar nafsu seksualnya. Maka remaja harus
berusaha agar tidak memandang sesuatu hal yang bisa membangkitkan nafsu birahi.
Selain itu remaja harus membatasi diri agar tidak melampaui batas ketika
berhubungan dengan teman lawan jenis. Firman Allah SWT dalam QS. An Nur: 30-31:
“Katakanlah kepada orang
laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara
kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat”. Katakanlah kepada wanita yang
beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya”
a. Memberikan pendidikan agama dan
keteladanan pada anak
Pengaruh
orang tua sangat besar dalam perkembangan remaja. Orang tua harus memberikan
bekal ilmu agama yang banyak kepada anaknya. Tidak hanya memberikan ilmu saja,
tetapi harus diberikan keteladanan juga. Seseorang akan mudah mengikuti apa
yang di lihatnya. Anak yang terdidik dalam lingkungan agama yang baik akan
tumbuh menjadi seorang yang mengerti agama pula. Jika seseorang telah mengerti
benar dan salah suatu perbuatan. Maka remaja akan takut untuk berbuat dosa.
Firman Allah SWT dalam QS. Lukman ayat 13:
وَإِذۡ قَالَ لُقۡمَٰنُ لِٱبۡنِهِۦ
وَهُوَ يَعِظُهُۥ يَٰبُنَيَّ لَا تُشۡرِكۡ بِٱللَّهِۖ إِنَّ ٱلشِّرۡكَ لَظُلۡمٌ
عَظِيمٞ ١٣
Artinya: “Dan (ingatlah) ketika
Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya:
"Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar"
b. Memberi pengawasan terhadap anak
remaja
Banyak
orang tua yang hanya memperhatikan anaknya ketika dirumah, tapi tidak
mengetahui apa yang di lakukanya ketika di luar rumah. Orang tua harus
mengetahui dengan siapa anaknya berteman, aktifitas yang dilakukan apa saja,
dan memberikan batasan serta teguran ketika anak melanggar norma atau aturan. Dalam
QS. At Tahrim ayat 6:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ
ءَامَنُواْ قُوٓاْ أَنفُسَكُمۡ وَأَهۡلِيكُمۡ نَارٗا وَقُودُهَا ٱلنَّاسُ وَٱلۡحِجَارَةُ
عَلَيۡهَا مَلَٰٓئِكَةٌ غِلَاظٞ شِدَادٞ لَّا يَعۡصُونَ ٱللَّهَ مَآ أَمَرَهُمۡ
وَيَفۡعَلُونَ مَا يُؤۡمَرُونَ ٦
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;
penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah
terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa
yang diperintahkan”
Selain peran orang tua dan remaja itu sendiri, untuk mengatasi
kenakalan remaja dan untuk membentuk remaja yang bermoral, serta berkepribadian
baik maka diperlukan kerja sama semua pihak. Keluarga dengan pengawasan dan
pendidikan dirumah, sekolah dengan pembelajaran dan tata tertib di sekolah,
masyarakat yang menciptakan lingkungan yang aman serta kondusif, serta aparat
hukum dan pemerintahan harus mendukung penegakan hukum serta membuat kebijakan
ataupun aturan yang dapat mengatasi permasalahan remaja, khususnya kenakalan
remaja.
DAFTAR PUSTAKA
Prof. Dr. F.J
Monks, Prof. Dr.A.M.P Knoers, Prof. Dr. Siti Rahayu Haditomo, Psikologi Perkembangan
pengantar dalam berbagai bagianya, Yogyakarta: Gadjah Mada Press, 1988
Prof. Dr.
Soetjiningsih, Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahanya, Jakarta: Sagung
Seto, 2007
http://edukasi.kompasiana.com/2013/11/08/perkembangan-kognitif-piaget-609005.html diakses tanggal 17 April 2015
https://desyandri.wordpress.com/2014/01/21/teori-perkembangan-psikososial-erik-erikson diakses tanggal 17 april 2015
Adiba hasan, ustadz
Budi Ashari, Lc : pantas mereka takut, ARRAHMAH.com, 20 april 2015
http://forum.detik.com/survei-62-persen-remaja-perempuan-indonesia-tidak-perawan-t564248.html diakses tanggal 19 April 2015
[1] Prof. Dr. F.J Monks, Prof. Dr.A.M.P Knoers, Prof. Dr. Siti Rahayu
Haditomo, Psikologi Perkembangan pengantar dalam berbagai bagianya, Gadjah Mada
Press, 1988, hal 3.
[2] Ibid, Halaman 101
[3] http://edukasi.kompasiana.com/2013/11/08/perkembangan-kognitif-piaget-609005.html
[4] Prof. Dr. F.J Monks, Prof. Dr.A.M.P Knoers, Prof. Dr. Siti Rahayu
Haditomo, Psikologi Perkembangan pengantar dalam berbagai bagianya, Gadjah
Mada Press, 1988, hal 13
[5] Prof. Dr. Soetjiningsih, Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahanya,
Sagung Seto, 2007 hal 48
[6] https://desyandri.wordpress.com/2014/01/21/teori-perkembangan-psikososial-erik-erikson
diakses tanggal 17 april 2015
[7] Adiba hasan, ustadz Budi Ashari, Lc : pantas mereka takut,
ARRAHMAH.com, 20 april 2015
[8] http://forum.detik.com/survei-62-persen-remaja-perempuan-indonesia-tidak-perawan-t564248.html