Minggu, 31 Mei 2015

PERKEMBANGAN REMAJA Besarnya pengaruh teman terhadap perilaku remaja

PERKEMBANGAN REMAJA
Besarnya pengaruh teman terhadap perilaku remaja



Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Perkembangan
Dosen Pengampu: Sri Wahyuni, S.psi, M.Psi

DISUSUN OLEH:
SEBASTIAN WISNU AJI  (G000140137)
KELAS D (2) Tarbiyah
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYYAH SURAKARTA



BAB I
PENDAHULUAN
          Selain proses pertumbuhan secara fisik, manusia merupakan makhluk yang memiliki naluri untuk berkembang. Pada usia remaja atau masa peralihan dari masa anak-anak menjadi dewasa, remaja mengalami perkembangan yang sangat pesat. Diantaranya perkembangan kognitif dan perkembangan psikososial Pada masa ini sangat rentan tehadap hal-hal yang negatif. Remaja sering terpengaruh lingkungan sekitar. Remaja seperti ingin menunjukkan jati dirinya.
            Pada masa remaja sering terjadi berbagai penyimpangan tingkah laku dan sikap seseorang. Tingkah laku yang bertentangan dengan norma yang berlaku di dalam masyarakat ataupun norma agama. Berbagai penyimpangan tersebut diantaranya pergaulan bebas, merokok, mabuk-mabukan dan lain sebagainya. Perilaku yang menyimpang itu akan mempengaruhi perkembangan psikis para remaja, khususnya aspek kepribadian dan akhlak.
            Begitu banyak masalah yang sangat memprihatinkan bagi generasi masa depan bangsa. Kita tidak boleh menyalahkan anak yang nakal, karena pada masa remaja kondisi psikis anak masih labil. Hal ini merupakan tanggung jawab semua pihak, baik dari orang tua, sekolah maupun masyarakat. Karena tanpa menciptakan generasi yang hebat dan bermartabat, bangsa ini tidak akan maju.
            Dalam makalah ini, penulis mencoba menguraikan seputar perkembangan remaja yang akan mengacu beberapa teori, khususnya teori perkembangan kognitif  menurut jean piaget dan teori perkembangan psikososial menurut Erik H. Erikson. Selain itu juga di uraikan pandangan tentang remaja menurut islam serta berbagai contoh kenakalan remaja beserta solusi yang bisa ditawarkan untuk mengatasi kenakalan remaja.







BAB II
PEMBAHASAN
A. Perkembangan Remaja
            Perkembangan adalah perubahan psikis, kemampuan sosial, kecerdasan, kejiwaan dan lainya pada individu yang di pengaruhi oleh faktor herediter (keturunan) dan lingkungan. Sedangkan menurut Monks, perkembangan psikologik merupakan suatu proses yang dinamik. Dalam proses tersebut sifat individu dan sifat lingkungan akhirnya menentukan tingkah laku apa yang akan diaktualisasi dan dimanifestasi.[1]
            Secara global masa remaja merupakan masa bukan anak dan bukan dewasa yakni rentang usia 12-21 tahun. Masa remaja sering disebut Adolesensi yang berarti menjadi dewasa atau dalam perkembangan menjadi dewasa. Pada usia itu selain mengalami pertumbuhan secara fisik manusia juga mengalami perkembangan yang sangat pesat, misalnya perkembangan kognitif,  perkembangan psikososial, perkembangan seksualitas dan lain sebagainya.
1. perkembangan kognitif
            Kognisi adalah pengertian yang luas mengenai berpikir dan mengamati, jadi tingkah laku tingkah laku yang mengakibatkan orang memperoleh pengetahuan atau yang dibutuhkan untuk menggunakan pengetahuan. Seorang psikolog asal swiss, Jean Piaget membagi tahap perkembangan menjadi 4 tahap:
a. Tahap Sensori-motorik (dari lahir sampai usia 2 tahun)
b. Tahap Pra operasional (usia 18 bulan- 7 tahun)
c. Tahap operasional konkret (7-11 tahun)
d. tahap operasional formal (mulai 11 tahun keatas)
            Pada masa remaja termasuk dalam tahap Operasional Formal. Menurut piaget anak umur 11 tahun mengadakan operasi operasi formal, mampu untuk menganalisa fikiranya sendiri dan mampu untuk mengerti jalan fikiran orang lain.[2] Pada sekitar pubertas, anak memasuki tahap operasi formal. Pada titik ini, mereka menjadi mampu berpikir dan membuat penalaran tentang hal-hal yang memiliki dasar dalam realitas fisik, konsep-konsep abstrak, ide hipotetis, pernyataan yang bertentangan dengan fakta, dan sebagainya. Misalnya, mereka menjadi mampu melihat makna yang mendasari peribahasa seperti Bagai kacang lupa kulitnya atau habis manis sepah dibuang. Selain itu mereka menjadi lebih mampu memahami konsep-konsep abstrak matematika, ilmu pengetahuan, dan ilmu-ilmu sosial: angka negatif, infinity, momentum, quark, republik, hak asasi manusia, dan sebagainya.[3]
2. Perkembangan psikososial
            Salah satu teori  yang membahas tentang perkembangan adalah teori psikososial Erikson. Erikson membagi hidup manusia dalam fase-fase berdasarkan proses-proses tertentu beserta akibat-akibatnya. Proses-proses tadi dapat berakhir dengan baik atau tidak baik. Bila berakhir baik bisa memperlancar perkembangan, bila berakhir tidak baik dapat menghambatnya.[4] Erikson membagi fase perkembangan menjadi 8 fase. Pada fase ke 5 menurut erikson adalah periode anak muda atau masa yang sering disebut dengan masa pubertas ataupun remaja.
Pada masa remaja, remaja berusaha melepaskan diri dari lingkungan dan ikatan dengan orang tua karena mereka ingin mencari identitas diri. Erikson mengatakan bahwa pada saat memasuki usia remaja, remaja akan dihadapkan pada suatu pertanyaan yang sangat penting yaitu tentang pertanyaan “siapakah Aku?”. Pada saat bersamaan, ketika remaja merasakan ketidakpastian akan dirinya, lingkungan masyarakat sekitar mulai menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan remaja. Misalnya, remaja sudah harus mulai membuat langkah awal dalam menentukan kariernya, melanjutkan studinya. Dengan demikian remaja harus berusaha menemukan jawabanya baik untuk dirinya sendiri maupun bagi msyarakat sekitarnya.[5]
Seperti Freud, Erikson yakin bahwa meskipun dorongan biologis memiliki arti yang amat penting, namun tekanan sosial dan kekuatan lingkungan memiliki dampak yang lebih besar. Pengamatan terperinci atas kekuatan-kekuatan seperti ini dalam kehidupan individu akan memperlihatkan apa yang oleh Erikson disebut sebagai psikohistori (psychohistory) yakni riwayat kejadian-kejadian sosial yang berinteraksi dengan proses-proses biologis sehingga menghasilkan perilaku. Teknik yang banyak digunakan Erikson adalah menghubungkan antara pengalaman masa lalu individu dengan perilaku mereka sekarang sebagai upaya untuk memahami faktor-faktor motivasi, hasil-hasil perilaku, dan kebutuhan-kebutuhan individu pada masa berikutnya. Apabila tahapan-tahapan perkembangan dalam teori Freud mengandung ciri psikoseksual, maka tahapan-tahapan Erikson mengandung ciri psikososial, lantaran pengamatannya yang serius terhadap faktor-faktor tersebut.[6]         
B. Pandangan Islam Tentang Remaja
            Pemuda atau remaja adalah kekuatan, inspirasi, kreatifitas, ledakan, ruhiyah, ketegaran, kesegaran, energik, karya besar, dan penopang peradaban islam. Begitu berperanya pemuda dalam agama islam, sehingga pemuda beberapa kali diterangkan dalam Al Qur’an seperti surat Al kahfi yang menceritakan tentang pemuda-pemuda yang bertaqwa kepada Allah.
نَّحۡنُ نَقُصُّ عَلَيۡكَ نَبَأَهُم بِٱلۡحَقِّۚ إِنَّهُمۡ فِتۡيَةٌ ءَامَنُواْ بِرَبِّهِمۡ وَزِدۡنَٰهُمۡ هُدٗى ١٣  
Artinya: “Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk” (Al Kahfi: 13)
Para pemuda juga menjadi penopang peradaban islam. Dalam tafsirnya Ibnu Katsir menjelaskan kata “fityah” dalam surat Al Kahfi sebagai Berikut:
“...Untuk itulah kebanyakan yang menyambut (seruan Allah) dan RasulNya adalah pemuda. Adapun orang tua dari quraisy, kebanyakan mereka tetap bertahan dalam agama mereka dan tidak masuk islam kecuali sedikit saja.”
Pada awal penyebaran ajaran islam oleh Nabi Muhammad SAW kebanyakan pemeluknya adalah dari golongan pemuda pada waktu itu seperti Thalhah bin Ubaidillah (12 tahun), Arqam bi Abil Arqam (12), Abdullah bin Mas’ud (menjelang 15), saad bin Abi Waqash (17) dan masih banyak lagi pemuda yang menjadi pemeluk agama islam pada awal penyebaranya.[7] Mereka berani memeluk islam walupun harus menghadapi penyiksaan oleh kafir quraisy pada waktu itu. Selain itu ada Usamah, seorang sahabat Nabi SAW yang belum genap berusia 20 tahun yang dikirim sebagai panglima perang ke iraq atau kekaisaran persia ketika Abu Bakar Ash Shidiq menjadi khalifah.
Remaja yang berakhlak mulia senantiasa menyebarkan dakwah ajaran agama, mengatasi kebodohan guna memajukan Islam. Peran remaja atau pemuda sangat vital, kemajuan dan kemunduran suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh  generasi penerusnya, yaitu remaja.
C. Kasus-kasus yang merusak mental Remaja
Beberapa  contoh perilaku para remaja yang bisa merusak mental adalah mabuk-mabukkan, sex bebas, menonton film porno, tawuran antar pelajar, mengkonsumsi narkoba, membentuk geng motor dan sebagainya. Berikut adalah contoh kasus yang merusak remaja saat ini.
1. Mabuk-mabukan.
Minuman keras atau miras sudah tidak asing lagi di telinga kita, hampir setiap hari melalui media elektronik, media cetak ataupun media internet kita menyaksikan pemberitaan tentang miras. Entah masalah pemusnahan miras oleh aparat, razia miras di sejumlah toko ataupun razia para pelajar yang melakukan aksi mabuk-mabukan.
Sering kita jumpai di pinggir jalan atau di tempat umum para remaja mengkonsumsi miras. Terutama para remaja yang masih bersekolah, tak jarang mereka membolos dari sekolah hanya untuk mabuk-mabukan bersama teman-temanya. Hanya demi membeli miras mereka terkadang meminta uang kepada temanya, mereka mengancam temanya jika tak di beri uang. Kelakuan mereka di sekolahan pun cenderung brutal. Para pelajar yang mabuk biasanya susah diatur, tak jarang mereka membuat kericuhan di tempat umum.
            Hal itu sangat merugikan semua pihak, selain nama orang tua dan sekolah yang tercemar, serta masyarakat yang terganggu, perilaku para remaja juga berdampak kepada perkembangan mental mereka, diantaranya cenderung mudah marah (emosional), kecanduan miras akan memicu tindak kejahatan yang lainya, perilaku yang malas, melemahkan pikiran dan lain sebagainya.
2. Free Sex atau Sex Bebas
Pada masa pubertas atau awal remaja kematangan seksual berkembangan pesat, sehingga remaja mulai tertarik dengan lawan jenis. Hal ini berdampak pada sikap dan perbuatan para remaja. Banyak dari mereka yang sudah menjalani pacaran. Dalam pacaran sering terjadi perbuatan tidak senonoh, para remaja tidak sungkan untuk melakukan sex bebas dengan pacarnya sebelum adanya pernikahan. Hal ini terbukti dengan survey yang dilakukan oleh Komisi Perlindungan Anak (KPAI) sangat mencengangkan bahwa hasil penelitian tahun 2008 menyebutkan bahwa dari 4.726 responden siswa SMP/SMA di 17 kota besar menunjukkan bahwa 62,7 persen tidak perawan, 21,2 persen mengaku pernah melakukan aborsi.[8] Bukan tidak mungkin perilaku sex bebas akan meningkat pada tahun 2015 ini.
Perilaku sex bebas dikalangan remaja mengakibatkan rusaknya moral para pelaku perbuatan ini. Pelaku sex bebas akan cenderung ketagihan dengan perbuatan ini, maka semakin hari akan semakin bertambah perilaku sex bebas di kalangan remaja. Perilaku sexs bebas berdampak pada banyaknya kehamilan diluar nikah, banyaknya pernikahan di usia dini karena hamil duluan, serta aborsi yang dilakukan dengan bahaya. Secara psikis hal itu akan mempengaruhi mental remaja. Mereka yang hamil akan merasa malu dan takut terhina, tak jarang dari mereka yang nekat bunuh diri karena depresi. Tak hanya itu, mereka yang menikah karena terpaksa akibat hamil duluan akan merasa terbebani dengan anak yang akan mereka lahirkan.
Beberapa kasus diatas kebanyakan ditimbulkan dari pengaruh lingkungan, terutama pengaruh teman sebaya. Remaja cenderung tertarik dengan perilaku yang dikerjakan temanya. Bermula dari pertemanan biasa tetapi berpengaruh terhadap kepribadian yang ber implikasi terhadap tingkah laku remaja itu sendiri.
D. Solusi  Agar Remaja Selamat Dalam Menjalani Tahapan Perkembanganya
            Masa remaja sangat rentan terhadap pengaruh lingkungan. Agar remaja selamat dari kenakalan atau penyimpangan-penyimpangan yang merusak mental mereka, berikut langkah-langkah yang bisa di lakukan:
1. Memilih teman yang baik  
            Pengaruh teman sangat memberi andil bagi terbentuknya kepribadian remaja. Tidak sedikit orang yang dulunya baik berubah menjadi orang yang nakal dan kejam karena berteman dengan anak nakal. Dalam istilah jawa dikenal dengan sebutan “Ojo cedak kebo gupak” maksutnya jangan bergaul dengan orang yang nakal atau tidak baik, nanti bisa ketularan tidak baiknya. Berteman dengan orang yang baik Insya Allah akan membuat diri seseorang menjadi baik pula. “Seseorang yang bergaul dengan penjual minyak wangi akan tercium bau wanginya, meskipun tidak memakai pewangi”.
2. Menjaga pandangan dan pergaulan dengan lawan jenis
            Karena terjadi pertumbuhan dan perkembangan seksual yang sangat pesat pada masa remaja, maka remaja tertarik dengan lawan jenis dan cenderung mengumbar nafsu seksualnya. Maka remaja harus berusaha agar tidak memandang sesuatu hal yang bisa membangkitkan nafsu birahi. Selain itu remaja harus membatasi diri agar tidak melampaui batas ketika berhubungan dengan teman lawan jenis. Firman Allah SWT dalam QS. An Nur: 30-31:
Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat”. Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya”
3. Peran Orang tua
a. Memberikan pendidikan agama dan keteladanan pada anak
            Pengaruh orang tua sangat besar dalam perkembangan remaja. Orang tua harus memberikan bekal ilmu agama yang banyak kepada anaknya. Tidak hanya memberikan ilmu saja, tetapi harus diberikan keteladanan juga. Seseorang akan mudah mengikuti apa yang di lihatnya. Anak yang terdidik dalam lingkungan agama yang baik akan tumbuh menjadi seorang yang mengerti agama pula. Jika seseorang telah mengerti benar dan salah suatu perbuatan. Maka remaja akan takut untuk berbuat dosa. Firman Allah SWT dalam QS. Lukman ayat 13:
وَإِذۡ قَالَ لُقۡمَٰنُ لِٱبۡنِهِۦ وَهُوَ يَعِظُهُۥ يَٰبُنَيَّ لَا تُشۡرِكۡ بِٱللَّهِۖ إِنَّ ٱلشِّرۡكَ لَظُلۡمٌ عَظِيمٞ ١٣
Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar"
b. Memberi pengawasan terhadap anak remaja
            Banyak orang tua yang hanya memperhatikan anaknya ketika dirumah, tapi tidak mengetahui apa yang di lakukanya ketika di luar rumah. Orang tua harus mengetahui dengan siapa anaknya berteman, aktifitas yang dilakukan apa saja, dan memberikan batasan serta teguran ketika anak melanggar norma atau aturan. Dalam QS. At Tahrim ayat 6:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ قُوٓاْ أَنفُسَكُمۡ وَأَهۡلِيكُمۡ نَارٗا وَقُودُهَا ٱلنَّاسُ وَٱلۡحِجَارَةُ عَلَيۡهَا مَلَٰٓئِكَةٌ غِلَاظٞ شِدَادٞ لَّا يَعۡصُونَ ٱللَّهَ مَآ أَمَرَهُمۡ وَيَفۡعَلُونَ مَا يُؤۡمَرُونَ ٦
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”
Selain peran orang tua dan remaja itu sendiri, untuk mengatasi kenakalan remaja dan untuk membentuk remaja yang bermoral, serta berkepribadian baik maka diperlukan kerja sama semua pihak. Keluarga dengan pengawasan dan pendidikan dirumah, sekolah dengan pembelajaran dan tata tertib di sekolah, masyarakat yang menciptakan lingkungan yang aman serta kondusif, serta aparat hukum dan pemerintahan harus mendukung penegakan hukum serta membuat kebijakan ataupun aturan yang dapat mengatasi permasalahan remaja, khususnya kenakalan remaja.

















DAFTAR PUSTAKA

Prof. Dr. F.J Monks, Prof. Dr.A.M.P Knoers, Prof. Dr. Siti Rahayu Haditomo, Psikologi Perkembangan pengantar dalam berbagai bagianya, Yogyakarta: Gadjah Mada Press, 1988
Prof. Dr. Soetjiningsih, Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahanya, Jakarta: Sagung Seto, 2007
Adiba hasan, ustadz Budi Ashari, Lc : pantas mereka takut, ARRAHMAH.com, 20 april 2015








[1] Prof. Dr. F.J Monks, Prof. Dr.A.M.P Knoers, Prof. Dr. Siti Rahayu Haditomo, Psikologi Perkembangan pengantar dalam berbagai bagianya, Gadjah Mada Press, 1988, hal 3.
[2] Ibid, Halaman 101
[3] http://edukasi.kompasiana.com/2013/11/08/perkembangan-kognitif-piaget-609005.html
[4] Prof. Dr. F.J Monks, Prof. Dr.A.M.P Knoers, Prof. Dr. Siti Rahayu Haditomo, Psikologi Perkembangan pengantar dalam berbagai bagianya, Gadjah Mada Press, 1988, hal 13
[5] Prof. Dr. Soetjiningsih, Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahanya, Sagung Seto, 2007 hal 48
[7] Adiba hasan, ustadz Budi Ashari, Lc : pantas mereka takut, ARRAHMAH.com, 20 april 2015
[8] http://forum.detik.com/survei-62-persen-remaja-perempuan-indonesia-tidak-perawan-t564248.html

PENGARUH KEBERADAAN KELOMPOK PREMAN YANG BERMARKAS DI SEKITAR SEKOLAH TERHADAP PERKEMBANGAN BELAJAR SISWA DI SEKOLAH

PENGARUH KEBERADAAN KELOMPOK PREMAN YANG BERMARKAS DI SEKITAR SEKOLAH TERHADAP PERKEMBANGAN BELAJAR SISWA DI SEKOLAH








Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sosiologi Pendidikan
Dosen Pengampu: Drs. Ma’arif Jamuin M.Si
Disusun oleh:
SEBASTIAN WISNU AJI  (G000140137)
KELAS A (2) TARBIYAH
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA



ABSTRAK
Pengaruh Keberadaan Kelompok Preman Yang Bermarkas Di Sekitar Sekolah Terhadap Perkembangan Belajar Siswa Di Sekolah
Oleh: Sebastian Wisnuaji
Pendidikan sangat dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya. Keberadaan preman di sekitar sekolah sangat mempengaruhi kegiatan belajar di sekolah terutama pengaruhnnya terhadap perkembangan belajar siswa. Keberadaan preman itu disebabkan karena banyaknya pengangguran yang bermula dari putus sekolah yang kemudian membentuk kelompok yang aktivitasnya merugikan masyarakat.
Aktifitas para preman itu sering melanggar norma agama maupun masyarakat. Diantara perbuatan yang mereka lakukan adalah mabuk-mabukan disekitar sekolah, menggoda siswa perempuan, meminta uang kepada para siswa. Siswa yang setiap hari menghadapi lingkungan yang seperti itu akan terpengaruh karena pada masa sekolah anak masih labil dan mudah menerima rangsangan dari luar.
Penulisan ini menggunakan metode penelitian yang terkokus pada kajian pustaka-pustaka yang valid dan referensi dari internet yang sumbernya dapat di pertanggung jawabkan. Penulis menggabungakan pendapat para ahli dan menghubungkanya dengan kenyataan di lapangan.
Keberadaan para preman dengan aktivitasnya dilingkungan sekolah sangat berdampak negatif terhadap perkembangan kepribadian para siswa. Mereka yang tidak bergaul maupun yang bergaul secara langsung dengan kelompok preman disekitar sekolah itu akan terkena dampaknya. Siswa yang bergaul secara langsung akan terkena dampak yang paling besar. Mereka menjadi siswa yang nakal dan berani melakukan tindakan kriminal. Lingkungan yang tidak baik akan membentuk anak-anak yang tidak baik pula.
Kata Kunci: Preman, Siswa, Lingkungan sekolah


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sekolah merupakan tempat kegiatan belajar para siswa. Di sekolah banyak terjadi interaksi sosial antara guru, siswa, karyawan dan lain-lain.Keadaan di lingkungan sekitar sekolah atau di luar sekolah sangat mempengaruhi suasana di dalam sekolah, karena sekolah sendiri tidak bisa dilepaskan dari pengaruh lingkungan sekitar, salah satunya yaitu keadaan masyarakat di sekitar sekolah. Setiap warga sekolah hampir setiap hari bertemu dengan mereka.
Menurut Ary H Gunawan, masalah putus sekolah khususnya  pada jenjang pendidikan rendah kemudian tidak bekerja atau berpenghasilan tetap merupakan beban masyarakat bahkan sering mengganggu ketenteraman masyarakat. Hal ini diakibatkan kurangnya pendidikan atau pengalaman intelektual, serta tidak memiliki keterampilan untuk menopang kehidupanya sehari-hari. Lebih-lebih jika mengalami frustasi dan merasa rendah diri tetapi bersikap overkompensasi, bisa menimbulkan gangguan dalam masyarakat berupa perbuatan kenakalan yang bertentangan dengan norma-norma sosial yang positif.[1]
Mereka yang tidak punya pekerjaan terkadang membentuk sebuah kelompok yang kegiatanya meresahkan masyarakat pada umumnya.Tak terkecuali sekolah yang juga terkena dampak dari keberadaan mereka. Di masyarakat, mereka sering dikenal dengan sebutan preman. Sebenarnya yang dinamakan “preman” itu tidak hanya orang yang tidak mempunyai pekerjaan kemudian sering melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan norma di masyarakat, akan tetapi ada juga preman yang berpakaian rapi dan secara penampilan tampak seperti orang yang bekerja di kantoran. Disini penulis hanya akan menjelaskan tentang preman yang sering meresahkankan dengan keberadaanya di masyarakat. Tempat mereka berkumpul terkadang berdekatan dengan sekolah, hal ini berdampak terhadap situasi di dalam sekolah. Yang paling besar terkena dampaknya adalah para siswa, karena mereka sangat mudah terpengaruh kepada hal yang negatif.
B. Rumusan Masalah
Apa pengaruh keberadaan kelompok preman yang bermarkasdisekitar sekolah terhadap perkembangan belajar siswa? (aspek kepribadian-akhlaq dan sikap)
C. Tujuan
Mengetahui pengaruh keberadaan kelompok preman yang bermarkas disekitar sekolah terhadap perkembangan belajar siswa.













BAB II
METODE PENULISAN
A. Pengumpulan Data
            Penulis dalam karya tulis ini menggunakan metode kajian pustaka atau library researchuntuk memperoleh data dan informasi. Metode penulisan dengan kajian pustaka adalah melakukan penulisan dengan obyek penelitian yang terfokus pada pustaka-pustaka. Penulis mencari referensi dari media cetak ataupun media internet yang valid dan dapat dipertanggung jawabkan serta relevan atau saling berhubungan dengan obyek penelitian.
B. Analisis Data
Setelah data yang diperlukan terkumpul, dilakukan pengolahan data dengan menyusun secara sistematis dan logis. Pengolahan data dilakukan dengan memadukan beberapa informasi untuk dijadikan satu argumen dan cara pandang suatu masalah. Sehingga dapat dikatakan teknik pengolahan data dan informasi dilakukan dengan deskriptif argumentatif, dengan tulisan yang bersifat deskriptif yang menguraikan tentang dampak keberadaan kelompok preman disekitar sekolah terhadap perkembangan belajar siswa karya tulis ini menguraikansecara rinci tentang pengertian dan aktifitas preman di sekitar sekolahan.







BAB III
PEMBAHASAN
A. Pengertian Preman
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, preman adalah sebutan kepada orang jahat (penodong, perampok, pemeras, dan sebagainya).[2]Di dalam masyarakat preman identik dengan sesuatu yang seram, menakutkan dan sering membuat kericuhan. Tetapi dari golongan intelektual menganggap istilah preman itu tidak hanya sebatas orang yang berada dijalanan, gondrong, ataupun suka menodong, tetapi lebih dari itu.
Menurut Ulung Koeshendratmoko, ada beberapa kategori preman yang hidup dan berkembang di masyarakat, mulai dari preman tingkat bawah, menengah, atas dan kalangan elite.Untuk kelas pertama, penampilannya dekil, bertato, dan berambut gondrong. Mereka spesialis tindak kriminal ringan. Untuk kelas menengah lebih rapi dan juga mempunyai pendidikan cukup. Mereka biasa bekerja dengan suatu organisasi secara formal atau legal. Mereka preman yang disewa oleh lembaga perbankan untuk menagih hutang nasabah, semisal agen debt collector . Preman kelas atas adalah kelompok organisasi yang berlindung di balik parpol atau organisasi massa, bahkan berlindung di balik agama tertentu. Untuk tingkat elite ditempati oknum aparat yang menjadi tameng perilaku premanisme. Kepremanan mereka biasanya tidak tampak karena mereka adalah aktor intelektual premanisme.[3]
Preman di masyarakat kebanyakan dari golongan preman tingkat bawah. Mereka dianggap sebagai orang yang brutal, sering membuat masalah. Kebanyakan dari mereka sering memakai anting, bertatto serta rambut yang diwarnai. Hal itu akan memberikan kesan bahwa mereka itu menakutkan, jagoan dan pemberani. Mereka seperti ingin menunjukkan kepada semua orang tentang jati dirinya.           
B. Aktivitas Preman di sekitar sekolah
Para preman itu  biasanya membentuk sebuah kelompok yang terdiri dari 2 orang atau lebih. Kebanyakan dari mereka seumuran dan mempunyai kebiasaan yang sama.Acapkali terlihat pula timbulnya perselisihan, perkelahian, dan perilaku lainya yang merusak sifat hubungan pergaulan dan bahkan menimbulkan kemungkinan tercetusnya luapan emosi, yang tidak hanya merusak hubungan melainkan merusak individu dan segala sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya.[4]
Gerombolan preman yang sering berkumpul bersama biasanya mempunyai basecampatau markas yang digunakan untuk kegiatan mereka. Terkadang markas mereka berdekatan dengan sekolah. Hal ini sangat berdampak terhadap kegiatan belajar siswa di sekolah. Para preman itu biasanya melakukan hal-hal sebagai berikut: mabuk atau minum-minuman keras, meminta uang kepada siswa ketika mereka keluar sekolah, menggoda siswa perempuan, mengajak  siswa untuk ikut berkumpul dengan mereka.
Sebagai contoh seperti kejadian di Surabaya, karena  pengaruh alkohol, seorang preman bernama AS (17) warga Simorejo Sari A menganiaya dua siswa SMK. Dua siswa SMK yaitu Holis (16) dan Rochli (16). AS menganiaya keduanya karena menolak memberi uang. "Sebelumnya tersangka mengaku baru saja minum miras sehingga membuatnya mabuk," kata Kapolsek Sukomanunggal, AKP Eusebia Torimtubun, kepada wartawan di mapolsek, Jalan Sukomanunggal Jaya, Selasa (15/12/2009).Perwira yang akrab dipanggil Sebi ini menceritakan tempat mangkal preman di bawah umur itu memang di sekitar sekolah kedua korban yakni SMK Sejahtera di Jalan Simorukun.[5]
Kejadian itu merupakan salah satu bukti bahwa di lingkungan sekitar sekolah terdapat aktivitas yang dilakukan oleh preman.Dan masih banyak lagi tingkah dan kelakuan mereka di sekitar sekolah. Aktivitas yang mereka lakukan itu sebagian besar melanggar norma-norma yang berlaku di masyarakat. Kejadian-kejadian ataupun aktivitas preman itu masih banyak dijumpai di sekitar sekolah-sekolah.Hal itu sangat merugikan lingkungan sekitar, khususnya lingkungan sekolah dan bisa membahayakan pelajar maupun warga sekolah yang lain.
C. Pengaruh keberadaan preman di sekitar sekolah terhadap perkembangan belajar siswa
Perkembangan belajar anak di sekolah tidak hanya dipengaruhi oleh lingkungan di sekolah saja, tetapi juga dipengaruhi keadaan di dalam keluarga, di masyarakat termasuk lingkungan di sekitar sekolah. Keberadaan preman disekitar sekolah yang sering melakukan aktivitas negatif berdampak pada perkembangan belajar siswa, terutama berdampak kepada pada kepribadian maupun akhlak siswa.
Dalam usia remaja pada umumnya belum memiliki kematangan sosial (social maturity) sehingga masih labil dalam menentukan sikap, tingkah laku dan perbuatan. Mereka masih mudah terkena pengaruh dan rangsangan-rangsangan dari luar. Dalam kondisi ini kadang-kadang dimanfaatkan oleh pihak yang berkepentingan dengan memberikan ajaran-ajaran, ide-ide, motivasi-motivasi yang pada giliranya bisa membentuk suatu sikap dan gaya hidup bahkan kepribadian.[6] Beberapa dampak yang diakibatkan dengan keberadaan preman disekitar sekolah terhadap perkembangan kepribadian siswa adalah sebagai berikut:
1. Siswa akan mengikuti gaya preman.
            Pada umumnya siswa sangat mudah terpengaruh dengan lingkunganya. Siswa yang melihat gaya penampilan preman itu akan mengikuti gaya mereka, karena mereka ingin dicap sebagai siswa yang berani ataupun berani tampil beda. Mereka ada yang bertindik, rambutnya diwarnai ataupun membentuk potongan rambut yang meniru para preman itu.
2. Siswa sering membuat keributan didalam sekolah.
            Biasanya siswa yang ikut berkumpul dan bergaul bersama preman itu akan menunjukkan sikap yang melanggar aturan di sekolah. Mereka membentuk gang dengan temanya, gang itu berisi orang-orang yang suka berbuat kenakalan. Terkadang sikap mereka  tak terkendali. Mereka sering membuat keributan di sekolah, membuat gaduh di dalam kelas dan lain sebagainya. Mereka ingin menunjukkan jati dirinya bahwa tidak takut dengan siapapun, karena memiliki teman para preman itu.    
3. Siswa mengalami penurunan konsentrasi belajar.
            keberadaan preman di sekitar sekolah juga berdampak pada aktivitas belajar siswa di dalam kelas. Siswa yang sering mengalami pemalakan diluar sekolah akan merasa takut dan was-was. Siswa perempuan yang mendapat godaan dari para preman itu juga sering merasa risih, bahkan ada yang ketakutan. Hal itu akan berdampak pada konsentrasi belajar siswa di dalam kelas.
4. Siswa melakukan tindakan kriminal.
Siswa yang bergaul dengan para preman akan mengikuti apa yang dilakukan para preman itu. Mereka sering mabuk-mabukan bersama bahkan berani memakai narkoba maupun melakukan sex bebas dengan lawan jenis karena sudah bergaul akrab dengan gerombolan preman itu. Tak jarang pula mereka meminta uang atau melakukan pemalakan kepada temanya karena di suruh oleh para preman di luar sekolah.
Daerah anak-anak nakal akan menghasilkan anak-anak nakal pula. Kelakuan sosial anak serta norma-norma lingkungan tempat anak itu bermain dan bergaul tercermin pada kelakuan anak-anak.[7] Tidak sedikit pelajar yang semula baik berubah menjadi seorang yang nakal bahkan brutal kalau tidak bisa mengendalikan serta menjaga dirinya sendiri. Karena aspek lingkungan sangat berpengaruh dalam perkembangan kepribadian para siswa.


BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Lingkungan di sekitar sekolah sangat mempengaruhi proses belajar didalam sekolah itu. Lingkungan yang tidak baik diantaranyaterdapat kelompok preman di sekitar sekolah yang sering berbuat onar dan melanggar norma yang berlaku di masyarakat. Mereka melakukan aktivitas seperti mabuk-mabukan, pemalakan kepada siswa, menggoda siswa perempuan, mengajak bergabung para siswa kedalam kelompoknya dan sebagainya.Hal ini berdampak pada perkembangan siswa, terutama aspek kepribadian maupun akhlak. Siswa yang mendapat tekanan ataupun ikut bergabung dalam kelompok itu akan cenderung mempunyai sifat yang negatif. Siswa  sangat cepat terpengaruh dengan gaya preman karena pelajar cenderung akan meniru apa yang dilihatnya. Mereka yang terpengaruh oleh para preman itu biasanya sering membuat keributan di sekolah, susah diatur dan cenderung brutal.
B. Saran
Dengan permasalahan yang telah diuraikan diatas, maka penulis memberikan saran yaitu antara sekolah, orang tua, masyarakat serta pejabat yang berkuasa harus bekerja sama dalam mengatasi permasalahan ini. Sekolah harus memberikan arahan serta bimbingan agar siswa tidak berhubungan dengan kelompok preman di linkungan sekitar sekolah. Orang tua lebih protektif terhadap anaknya, masyarakat harus melaporkan kepada aparat keamanan jika terjadi perilaku yang mengganggu ketertiban lingkungan serta pejabat yang berkuasa harus menggunakan wewenangnya untuk menciptakan aturan tentang menjaga ketertiban dan keamanan lingkungan.



DAFTAR PUSTAKA

Ary H, Gunawan. 2000. Sosiologi pendidikan, suatu analisis sosiologi tentang pelbagai problem pendidikan, Jakarta:Rineka Cipta
Departemen pendidikan nasional. 2008 edisi keempat.Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Nunik, Hartini, Penyebab Rusaknya Moral Remaja, suara merdeka, 20 september 2003
Nyai Singgih D, Gunarsa dan Singgih D. 1991. Gunarsa,psikologi untuk muda-mudi, Jakarta: BPK Gunung Mulia
S. Nasution. 1999. Sosiologi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara




[1]. Ary H. Gunawan, Sosiologi pendidikan, suatu analisis sosiologi tentang pelbagai problem pendidikan, Jakarta, Rineka Cipta, 2000, hal.71
[2] Departemen pendidikan nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, gramedia pustaka utama, 2008 edisi keempat.
[3]Pendapat Ulung koeshendratmoko yang dikutip www.koran-sindo.com,Razia (bukan) preman, Senin,  26 Januari 2015
[4]Dra. Ny Y. Singgih D. Gunarsa dan Dr. Singgih D. Gunarsa,psikologi untuk muda-mudi, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1991, hal 37
[5]  Imam wahyudianta melaporkan dalam detiknews.com dari surabaya pada hari selasa, 15 Desember 2009
[6] Nunik Hartini, Penyebab Rusaknya Moral Remaja, suara merdeka, 20 september 2003
[7]Prof. Dr. S. Nasution, M.A, Sosiologi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara 1999, hal. 155