BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Bidang Kedokteran Dan Farmasi
Jauh
sebelum peradaban islam berkembang pesat, khususnya dibidang kedokteran. Nabi
Muhammad SAW telah mengabarkan kepada umat islam semuanya tentang masalah itu.
Atsar dari Nabi yang telah bersabda “Wahai hamba-hamba Allah, sesungguhnya
Allah tidak menurunkan suatu penyakit kecuali Dia juga menurunkan obatnya,
kecuali satu (penyakit) yaitu penyakit tua”[1].
Hadits itu menunjukkan bahwa dalam ajaran islam, masalah kesehatan yang
berhubungan dengan pengobatan atau kedokteran sangat diperhatikan.
Arti kedokteran dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah
segala sesuatu yang berhubungan dengan dokter atau pengobatan penyakit.[2]
Cikal bakal ilmu medis sudah ada sejak dahulu kala. Sejumlah peradaban mesir
kuno dan yunani kuno sudah mulai mengembangkan dasar-dasar ilmu kedokteran
dengan cara sederhana. Ketika era kegelapan mencengkram Barat pada abad
pertengahan, perkembangan ilmu kedokteran diambil alih dunia Islam yang tengah
berkembang pesat di Timur Tengah. Menurut Ezzat Abouleish, seperti halnya
ilmu-ilmu yang lain, perkembangan kedokteran Islam melalui tiga periode pasang
surut.
Periode pertama, dimulai
dengan gerakan penerjemahan literature kedokteran dari Yunani dan bahasa
lainnya ke dalam bahasa Arab yang berlangsung pada abad ke-7 hingga abad ke-8
Masehi. Periode
kedua, proses transfer ilmu kedokteranyang
berlangsung pada abad ke-7 dan ke-8 membuahkan hasil pada abad ke-9 M hingga
ke-13 M, dunia kedokteran Islam berkembang begitu pesat. Dan pada periode
inilah mulai dibangnnya Rumah Sakit (RS) dan sekolah kesehatan sehingga
muncullah tokoh-tokoh baru kedokteran Islam. Periode ketiga,
setelah abad ke-13 M, ilmu kedokteran yang dikembangkan
sarjana-sarjana Islam mengalami masa stagnasi. Perlahan kemudian surut dan
mengalami kemunduran, seiring runtuhnya era kejayaan Islam di abad pertengahan.[3]
Perkembangan pengobatan atau kedokteran mengalami warna baru yang
dikenal dengan nama “pengobatan islam (KEDOKTERAN ISLAM)”
artinya sistem pengobatan yang didasarkan pada penemuan beberapa rahasia yang
disebutkan ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits nabawi dalam pengobatan dan
kesehatan.Sesungguhnya imam Bukhari telah mengumpulkan hadits yang khusus
membahas tentang penyakit dan tata cara pengobatanya dalam shahih-nyayang
terdiri dari sembilan puluh satu hadits dalam dua tema. Dalam hadits tersebut
menyebutkan beberapa penyakit seperti sakit kepala, pusing, sakit mata, kusta,
demam, diare, radang paru-paru, wabah penyakit menular, digigit serangga
(kalajengking) dan dipatuk ular.[4]
Menurut Dr. Ezzat Abbouleish MD ilmu kedokteran itu tak lahir dalam
waktu semalam. Menurutnya ada tiga periode pasang surut perkembangan kedokteran
islam. Periode pertama adalah pada abad 7 hingga 8 M. Pada masa itu terjadi
penerjemahan buku-buku Yunani dan bahasa asing lainya kedalaman bahasa arab. Diantara
para tokoh penerjemah pada waktu itu adalah Jurjis ibnu Bakhtis, Yuhanna ibu
Masawaya, serta Hunain ibnu Ishak.Penerjemahan itu tak hanya dilakukan oleh
para ahli yang menganut islam saja, akan tetapi juga orang kristen yang
ditunjuk untuk menerjemahkan karya-karya itu. Periode kedua terjadi proses
transfer ilmu pada abad 7 dan 8 M yang membuahkan hasil pada abad ke 9 hingga
13 M. Pada periode ini, muncul para ilmuwan muslim yang berkontribusi dalam
kedokteran hingga saat ini, mereka adalah Al-Razi, Al-Zahrawi, Ibnu Sina, Ibnu
Rusyd dan lain sebagainya. Periode ketiga ilmu kedokteran islam mengalami
kemunduran seiring dengan runtuhnya era kejayaan islam di abad pertengahan atau
setelah abad 13.[5]
Sekalipun memiliki identitas yang berdiri sendiri, farmasi
berkembang dibawah ilmu kedokteran islam, terutama di awal abad 9 di Baghdad,
ibukota dinasti Abbasiyah. Disinilah obat-obat bius dan rempah-rempah dari Asia
dan Afrika tersedia dan kebutuhan pengobatan mendapat perhatian lebih karena
hubunganya yang dekat dengan instalasi militer.[6]
Farmasi atau apotik adalah ilmu obat dengan berbagai macamnya yang
berupa tumbuh-tumbuhan, hewan dan mineral. Untuk meramu obat-obat ini menuntut
penguasaan pengetahuan tentang ilmu tumbuh-tumbuhan, hewan, mineral dan kimia.
Asal kata shaidalah (farmasi) adalah dari kalimat varmxa dari
bahasa Fir’aun yang berarti menyajikan obat dari ramuan. Sedangkan asal kata shaidaliyah
atau ajzakhanah (apotik) adalah kata ibotika dari bahasa Yunani yang
berarti tempat menyimpan. Ia adalah nama kuno untuk wilayah Abu Tig yang berada
di mesir jauh, yang dijadikan sebagai tempat penyimpanan minyak wangi dan
obat-obatan oleh bangsa mesir kuno.[7]
Farmasi dalam artian Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah
cara dan teknologi pembuatan obat serta cara penyimpanan, penyediaan, dan
penyalurannya sedangkan kefarmasian yaitu segala sesuatu yang berhubungan
dengan farmasi; perihal farmasi itu sendiri.[8]
Imam Muslim dalam shahihnya meriwayatkan bahwa Nabi Sholallahu ‘Alaihi
Wassalam, bersabda: “Setiap penyakit ada obatnya dan apabila obat yang tepat
diberikan untuk penyakit tersebut, maka ia akan melenyapkannya, Insya Allah”.
Juga diriwayatkan dari Bukhari dan Muslim bahwa Rasulullah bersabda: “Allah
tidak menurunkan suatu penyakit kecuali Dia menurunkan obatnya”. Demikian jua
dalam riwayat lain seperti Imam Ahmad dan dalam riwayat Ibn Majah, An Nasa’I,
Al-Hakim dan Ibn Hiban terdapat ungkapan yang senada. Dari ungkapan tersebut
makamembuktikan bahwa segala pengobatan untuk segala jenis penyakit di dunia
ini telah disediakan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Dan memberikan kesempatan
pada manusia untuk bereksplorasi dan pencarian obat-obatan yang sesuai dengan
penyakitnya.
Dengan seperti itu membuktikan bahwa kekuasaan Allah dalam
menciptakan penyakit dan melenyapkan penyakit. Sehingga upaya penyembuhan harus
dilakukan manusia, tetapi masalah hasil akhir hanya Allah Subhanahu Wa Ta’ala
yang mengetahui dan menentukan.
Ibn Qoyim Al Juziyah menyatakan bawa “Upaya penyembuhan merupakan
bagian dari takdir yang ditentukan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala, sehingga
sangat mungkin suatu penyakit yang sama diobati dengan obat yang sama tidak
menghasilkan tingkat kesembuhan yang sama”.[9]
Hadits-hadits tersebut juga membuktikan bahwa menjadi tanggung
jawab manusia (khususnya farmasi) untuk berusaha melakukan penemuan-penemuan
untuk pengobatan-pengobatan bagi penyakit-penyakit yang belum dapat disembuhkan
seperti AIDS atau mungkin penyakit lain yang Insya Allah akan di berikan
obatnya kemudian.
“Katakanlah wahai Muhammad: Perhatikanlah (telitilah) apa-apa yang
ada di langit dan di bumi”. QS. Yunus (10): 101. Pada bagian lain “Bacalah dan
Tuhan-mulah Yang Maha Pemurah, yang mengajari (manusia) dengan perantaraan
qalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”. QS.
Al-‘Alaq(96): 3-5.
Dari kandungan Al-Qur’an ini tergambar bahwa pengembangan sains
merupakan tugas manusia, karena terus meneliti untuk mendapatkan ilmu baru
adalah sebuah kewajiban bagi manusia untuk terus belajar dari apa yang
diperoleh dari hasil kajian itu.
Oleh karena itu, Allah memberikan manusia kemampuan berfikir dan
bekerja untuk menghasilkan teknologi baru dari apa yang mereka dapat dari
kajian ilmiah. Ilmu genetika molekuler dan kedokteran ditandai oleh
perkembangan yang sangat luar biasa penghasil ilmu baru dan teknologi
pengobatan yang canggih dari hasil kajian berbagai pakar kedokteran.[10]
B. TOKOH ISLAM
DALAM BIDANG KEDOKTERAN DAN CAPAIANNYA
1.
AR-RAZI (ABU
BAKAR AR-RAZI)
Abu Bakar
Ar-Razi dilahirkan di Provinsi Rayy, Iran pada tahun 240 H (854 M). Tentang
tahun wafatnya, ada dua pendapat, pendapat yang pertama (menurut Ibnu Katsir
dalam “Al-Bidayah) disebutkan bahwa Ar-Razi wafat pada tahun 311 H (923
M).[11]
Abu Bakar
Ar-Razi atau Zakaria Ar-Razi atau di Barat lebih dikenal dengan sebutan Rhazes
merupakan dokter muslim terbesar dan guru besar Islam dalam ilmu kedokteran
bagi dunia Islam dan Eropa.Beliau
menulis buku keurang lebih ada 56 buku bidang kedokteran.
Buku yang
telah dibuat oleh Ar- Razi:
a. Kitab Al-Hawi, merupakan buku ensiklopedia kedoktean yang meliputi
semua ilmu pengetahuan kedokteran Arab, Yunani, dan India. Untuk mengetahui
tentang kebenaran buku ini, kita cukup mendengarkan komentar obyoktif seorang
orientalis Jerman, Zigrid Hunke berikut : Perpustakaan fakultas kedokteran
di Universitas Paris sejak lima ratus tahun yang lalu tidak ada buku-buku yang
lain, selain Al-Hawi. Al Hawi
terdiri dari sepuluh juz, masing-masing berisi tentang pengobatan masing-masing
anggota badan.
b. Kitab Ath-Thib Al-Manshuri. Dalam buku ini Ar-Razi menjelaskan
tentang anatomi tubuh manusia, termasuk anatomi kerangka manusia dan susunan
urat saraf serta anatomi pembuluh darah dan tenggorokan.
c. Kitab Ath-Thib Al Muluki. kitab ini berisi tentang cara mengobati berbagai macam
penyakit yang menyerang manusia dengan cara pengobatan helbal lewat makanan.
d. Kitab Al-Asrar. Buku ini berisi tentang obat-obatan secara medis dan
cara serta teknik pencampurannya.
e. Kitab Al-Jadari wa Al-Hishbah. Buku ini berisi penjelasan tentang
penyakit cacar dan bagaimana cara mendiagnosanya sejak dini dan membedakannya
dengan penyakit cacar air. Buku ini sudah dicetak lebih dari 40 kali dalam
bahasa Inggris pada tahun 1498 s.d 1866 M.
f. Kitab Man La Yahdhuruhu Ath-Thabib. Buku ini berisi tentang
pertolongan pertama pada kecelakaan sebelum dibawa ke dokter.
g. Kitab Manafi
Al-Aghdziyah. Dalam buku ini dijelaskan tentang pengaruh makanan bagi kesehatan
secara umum serta bahayanya dalam keadaan mengudap penyakit tertentu. Buku ini
merupakan buku kedokteran pertama dalam bidang makanan.
h. Kitab Qoshas wa hikayat Al-
Mardho. Kitab ini berisi tentang kisah penelitiannya dalam masa hidupnya.
Karya Ar-
Razi Dalam Bidang Kedokteran dan Farmasi:
a. Ar-Razi
menemukan pengaruh faktor kejiwaan dalam mengobati berbagai penyakit pada
anggota tubuh.
b. Ar-Razi
merupakan pelopor dalam bidang klinik kedokteran dan orang yang pertama kali
melakukan eksperimen pengobatan kepada hewan sebelum dipraktikan kepada
manusia.
c. Ar-Razi
adalah orang yang mampu membedakan antara penyakit cacar biasa dengan cacar air
yang hampir serupa pada dua gejala ini.
d. Ar-Razi
adalah dokter yang pertama kali membedakan antara mulas di usus kecil dengan
gangguan usus besar.
e. Ar-Razi
adalah orang yang paling unggul dalam bidang kedokteran dan operasi mata.
f. Ar-Razi
berhasil menemukan benang jahit untuk operasi yang terbuat dari bahan selaput
hewan.
g. Ar-Razi
adalah orang yang pertama kali menjelaskan penggunaan perban gypsum pada
pengobatan patah tulang.
2.
AL-KINDI
Abu Yusuf
Bin Ishaq Bin Ash-Shabah Bin Imran Bin Al-Asy’ats Bin Qais. Ia lahir di Kufah
pada tahun 188 H (804 M) dan wafat pada tahun 260 H (874 M).[12]Al-Kindi
adalah seorang ilmuwan besar muslim dalam bidang kedokteran dan pemilik salah
satu pemikiran terbesar yang dikenal sepanjang peradaban manusia.
Al Kindi mengarang buku yang berjudul Ar- Rasail Ath-Tabbiyah Al-Ihda wa
Al-Isyrin. Dalam buku ini memuat beberapa cara pembedahan.
3.
AZ ZAHRAWI
Nama lengkap beliau adalah Abu Al Qosim Khalaf bin abbas Az-Zahrawi. Beliau
larir di Az-Zahra pada tahun 325 H (936 M) dan meninggal pada tahun 404 H (1013
M).
Beliau mengarang kitab yang berjudul Ath-Tashrifi Man Ajazaan At- Ta’lif.
Buku ini berisi mengenai ensiklopedia kedokteran yang terdiri dari 30 juz dan
dilengkapi dengan lebih dari 200 macam peralatan dan perlengkapan bedah.
4.
IBNU SINA
Dia bernama
lengkap Abu Ali Al-Husin bin Abdullah bin Sina. Dilahirkan di desa Avansa dekat
provinsi Bukhara-sekarang Uzbekistan, Persia pada tahun 370 H (980 M) dari
seorang ayah asli Balkan, wafat pada tahun 428 H (1037 M) di Hamdzan-sekarang
Iran, dalam usia 58 tahun.[13]
Ibnu Sina
telah hafal Al-Qur’an dalam usia 10 tahun, dia dikenal dengan gelar “Asy-Syaikh
Ar-Ra’is”, karena kemampuan ilmunya dan ketokohannya. Oleh orang-orang
Eropa dan Barat, nama dia dikenal dengan sebutan Avicenna.
Ibnu Sina
adalah ilmuwan terbesar kedua di bidang kedokteran, setelah Ar-Razi. Dia juga
dikenal sebagai filsuf terbesar muslim yang pemikirannya paling banyak
berpengaruh di Barat. Bahkan sebagian buku menyebut dia dengan gelar “Amirul
Athibba’” (pemimpim para dokter). Ibnu Sina diakui sebagai orang terbesar
yang pernah dimiliki dunia.
Penemuan-Penemuan Ibnu Sina Di bidang
Kedokteran
a. Dalam Cara
Pengobatan. Ibnu Sina adalah orang yang pertama kali menemukan cara
pengobatan bagi orang sakit dengan cara menyuntikkan obat ke bawah kulit.
b. Menulis
kitab al Qonun. Kitab ini terdiri dari 5 juz yang berisi tentang anatomi, tugas
kerja anggota tubuh, karakteristik penyakit, kesehatan dan pengobatan.
c. Dalam
Mengobati Orang yang Tercekik Kerongkongannya. Ibnu Sina membuat penemuan dari
pipa udara yang terbuat dari emas dan perak, kemudian diamasukkan ke dalam
mulut dan diteruskan ke kerongkongan untuk mengobati orang yang tercekik dan
sulit bernafas. Dia diakui sebagai orang yang pertama kali dalam sejarah
yang mampu memaparkan penyakit tenggorokan dan sebab-sebanya. Dalam Mengobati
Penyakit Dalam.
d. Ibnu Sina
adaalah orang pertama kali yang mampu mendiagnosa secara akurat antara
peradangan pada paru-paru dan pembengkakan pada hati. Dia adalah orang yang
pertama kali berhasil mengobati kram pada perut yang disebabkan oleh faktor
psikologis. Dia pulalah yang mampu membedakan antara mulas pada ginjal dan
mulas pada lambung. Dalam Hal
Penyakit yang Menjadi Benalu (parasitic).Ibnu Sina adalah orang yang pertama
kali menemukan cacing Ancylostoma atau yang disebut cacing lingkar. Ini berarti
Ibnu Sina telah mendahului dokter ahli dari Italia yang menemukan cacing jenis
ini, karena dokter dari Italia itu baru menemukannya pada tahun 1838 M, atau
sembilan abad setelah masa Ibnu Sina.
6. IBNUL BAITHAR
Nama lengkap
dia adalah Abu Muhammad Abdullah bin Ahmad Al-Baithar Dhiauddin Al-Maliqi
Al-Andalusi. Lahir pada tahun 589 H (1193 M) di sebuah perkampungan bernama
Malaga yang terletak di sebelah selatan Andulusia, dan wafat pada tahun 646 H
(1248 M) di kota Damaskus, Syiria dalam usianya ke lima puluh sembilan.
Karya utama
Al-Baithar adalah Kitab AlJami fi Adwiya Al-Mufrada. Kitab ini merupakan
sebuah karya botanical terkemuka dalam bahasa Arab. Berisi kumpulan ramuan
obat-obatan. Buku ini pada hakikatnya, adalah yang terpenting selama seluruh
periode dari Dioscorides sampai abad ke-16. Buku ini adalah suatu karya
ensiklopedi tentang ramuan obat-obatan. Mengungkapkan lebih dari 1.400
obat-obatan medical.
Karya
monumental Al-Baithar yang kedua adalah Kitab Al-Mughani fil Adwiya Al-Mufrada.
Merupakan sebuah materia medica-pengajaran tentang obat-obatan dan
khasiatnya. Buku ini berisi 20 bab, termasuk yang menguaraikan ramuan untuk
sakit kepala, telinga, mata, untuk kosmetika, ramuan untuk demam, penangkal
racun, dan ramuan obat-obatan yang paling sederhana.
7. IBNU RUSYD
Nama
lengkapnya adalah Abu Al-Walid Muhammad bin Abu Qasim bin Abu Al-Walid Muhammad
bin Ahmad bin Rusyd. Dikalangan orang Barat ia lebih dikenal dengan sebutan
Averroes. Lahir pada tahun 520 H (1126 M), dan wafat pada tahun 595 H (1198 M).
Dia mendapatkan gelar “Asy-Syarih Al-A’zham” atau penerjemah besar. Oleh
Sarton (sejarawan ilmu), ia pernah dipuji dengan penilaian sebagai berikut :
Ketenaran Ibnu Rusyd dalam filsafat hamper menutupi penemuan dan prestasinya di
dunia kedokteran. Padahal, sebenarnya ia adalah seorang dokter ternama pada
masanya. Ibnu Rusyd dikenal sebagai bintang intelektual muslim berkebangsaan
Spanyol yang paling cemerlang selama abad-abad pertengahan.
Karya-karya Ibnu Rusyd antara lain :
a. Kitab “Al-Kulliyat fi At-Thib”. Sebuah buku ensiklopedi kedokteran
yang mencapai tujuh jilid. Di dalam buku tersebut diterangan tentang
jenis-jenis penyakit dan obatnya, pembedahan, a peredaran darah.
b.
Juga dalam beberapa bukunya, Ibnu Rusyd
telah menjelaskan susunan mata. Dia juga menyebutkan suatu realita ilmiah yang
berisikan bahwa manusia hanya akan terkena penyakit cacar sekali dalam seumur
hidup. Dia pernah bekomentar tentang anatomi, “Siapa yang mempelajari tentang
anatomi, keimanannya kepada Allah akan bertambah”.
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Kedokteran Islam adalah sistem pengobatan yang
didasarkan pada penemuan beberapa rahasia yang disebutkan ayat-ayat Al-Qur’an
dan hadits nabawi dalam pengobatan dan kesehatan. Dalam islam juga membahas mengenai ilmu
farmasi. Farmasi adalah ilmu obat
dengan berbagai macamnya yang berupa tumbuh-tumbuhan, hewan dan mineral, serta cara
dan teknologi pembuatan obat lengkap dengan
penyimpanan, penyediaan, dan penyalurannya.
Sejarah kedokteran islam dimulai pada Periode pertama, dimulai dengan gerakan penerjemahan literature
kedokteran dari Yunani dan bahasa lainnya ke dalam bahasa Arab yang berlangsung
pada abad ke-7 hingga abad ke-8 Masehi. Periode kedua,
proses transfer ilmu kedokteranyang berlangsung pada abad ke-7 dan ke-8
membuahkan hasil pada abad ke-9 M hingga ke-13 M, Periode ketiga, setelah abad
ke-13 M, ilmu kedokteran yang dikembangkan sarjana-sarjana Islam.
Islam
berhasil mencetak dokter dan ahli dalam bidang kesehatan, antara lain adalah Abu Bakar
Ar-Razi, Al Kindi, Az-Zahrawi, Ibnu Sina.
B. SARAN
Berdasarkan Uraian diatas, kita sebagai
umat muslim seharusnya lebih giat dalam mendalami ilmu agama dan ilmu
pengetahuan. Ilmu agama dan Ilmu pengetahuan pada dasarnya adalah ilmu yang
dapat berjalan bersama. maka dari itu, umat muslim wajib untuk mempelajarinya
demi kesuksesan dunia dan akhirat.
DAFTAR PUSTAKA
Sains Islam: Perkembangan Farmakologi di Era Khilafah. 2011. (online) republika.co.id, diakses pada
tanggal 11 November 2015
Ahmad, Fuad Basya. 2015.Sumbangan keilmuan islam pada dunia,
Jakarta: Pustaka Al-Kautsar
Tim Penulis Dosen UMS. 2014. Studi Islam 3, Surakarta: Lembaga
Pengembangan Al-Islam dan Kemuhammadiyahan (LPIK) universitas Muhammadiyah
Surakarta
Nasim, Butt. 1991. SAINS & Masyarakat Islam, Terjemahan
oleh Masdar Hilmy.1996.Bandung: Pustaka Hidayah
Jumin, Hasan Basri. 2012. Sains dan Teknologi dalam Islam. Jakarta:
PT Rajagrafindo Persada
[1]Prof.
Dr. Ahmad Fuad Basya, Sumbangan keilmuan islam pada dunia, Jakarta:
Pustaka Al-Kautsar, 2015, 363
Hadits
itu terdapat dalam HR. Abu Dawud, 3855, AT Tirmidzi 2038 dan Ibnu Majah 3436,
dari usamah bin Syuraik At-Tirmidzi berkata “Hadits ini adalah hasan shahih”
[2]
Kamus Besar Bahasa Indonesia offline, di akses pada 13 november 2015.
[3]
Sudarno Shobron. 2014. studi islam 3. Surakarta: LPIK. halaman 372.
[4]Prof.
Dr. Ahmad Fuad Basya, Sumbangan keilmuan islam pada dunia, (Jakarta:
Pustaka Al-Kautsar, 2015), hal 362
[5]Tim
Penulis Dosen UMS, Studi Islam 3, (Surakarta: LPIK
universitas Muhammadiyah Surakarta, 2014), hal 371-375
[6]Masdar
Hilmy, SAINS & Masyarakat Islam, Bandung: Pustaka Hidayah, 1996,
hal. 118 (yang diterjemahkan dari buku Science and muslim Society
karangan Nasim Butt, terbitan tahun 1991)
[7]Prof.
Dr. Ahmad Fuad Basya, Sumbangan keilmuan islam pada dunia, (Jakarta: Pustaka
Al-Kautsar, 2015),
hal 412
[8]
Kamus Besar Bahasa Indonesia offline, di akses pada 12 november 2015.
[9]Tim
Penulis Dosen UMS, Studi Islam 3, (Surakarta: LPIK
universitas Muhammadiyah Surakarta, 2014), hal 340.
[10]
Hasan Basri Jumin. Sains dan Teknologi dalam Islam. Jakarta: PT
Rajagrafindo Persada, 2012) Halaman 33.
[11] Ahmad Fuad Basya. Sumbangan keilmuan islam
pada dunia, (Jakarta:Pustaka Al-Kautsar, 2015) halaman 377
[12] Ahmad Fuad Basya. Sumbangan keilmuan islam
pada dunia, (Jakarta:Pustaka Al-Kautsar, 2015) halaman 376
[13] Ahmad Fuad Basya. Sumbangan keilmuan islam
pada dunia, (Jakarta:Pustaka Al-Kautsar, 2015) halaman 380.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar