Jumat, 11 Desember 2015

Kemajuan Ipteks Islam dalam bidang Kedokteran



BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Bidang Kedokteran Dan Farmasi
            Jauh sebelum peradaban islam berkembang pesat, khususnya dibidang kedokteran. Nabi Muhammad SAW telah mengabarkan kepada umat islam semuanya tentang masalah itu. Atsar dari Nabi yang telah bersabda “Wahai hamba-hamba Allah, sesungguhnya Allah tidak menurunkan suatu penyakit kecuali Dia juga menurunkan obatnya, kecuali satu (penyakit) yaitu penyakit tua”[1]. Hadits itu menunjukkan bahwa dalam ajaran islam, masalah kesehatan yang berhubungan dengan pengobatan atau kedokteran sangat diperhatikan.
Arti kedokteran dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan dokter atau pengobatan penyakit.[2] Cikal bakal ilmu medis sudah ada sejak dahulu kala. Sejumlah peradaban mesir kuno dan yunani kuno sudah mulai mengembangkan dasar-dasar ilmu kedokteran dengan cara sederhana. Ketika era kegelapan mencengkram Barat pada abad pertengahan, perkembangan ilmu kedokteran diambil alih dunia Islam yang tengah berkembang pesat di Timur Tengah. Menurut Ezzat Abouleish, seperti halnya ilmu-ilmu yang lain, perkembangan kedokteran Islam melalui tiga periode pasang surut.

Periode pertama, dimulai dengan gerakan penerjemahan literature kedokteran dari Yunani dan bahasa lainnya ke dalam bahasa Arab yang berlangsung pada abad ke-7 hingga abad ke-8 Masehi. Periode kedua, proses transfer ilmu kedokteranyang berlangsung pada abad ke-7 dan ke-8 membuahkan hasil pada abad ke-9 M hingga ke-13 M, dunia kedokteran Islam berkembang begitu pesat. Dan pada periode inilah mulai dibangnnya Rumah Sakit (RS) dan sekolah kesehatan sehingga muncullah tokoh-tokoh baru kedokteran Islam. Periode ketiga, setelah abad ke-13 M, ilmu kedokteran yang dikembangkan sarjana-sarjana Islam mengalami masa stagnasi. Perlahan kemudian surut dan mengalami kemunduran, seiring runtuhnya era kejayaan Islam di abad pertengahan.[3]

Perkembangan pengobatan atau kedokteran mengalami warna baru yang dikenal dengan nama “pengobatan islam (KEDOKTERAN ISLAM)” artinya sistem pengobatan yang didasarkan pada penemuan beberapa rahasia yang disebutkan ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits nabawi dalam pengobatan dan kesehatan.Sesungguhnya imam Bukhari telah mengumpulkan hadits yang khusus membahas tentang penyakit dan tata cara pengobatanya dalam shahih-nyayang terdiri dari sembilan puluh satu hadits dalam dua tema. Dalam hadits tersebut menyebutkan beberapa penyakit seperti sakit kepala, pusing, sakit mata, kusta, demam, diare, radang paru-paru, wabah penyakit menular, digigit serangga (kalajengking) dan dipatuk ular.[4]
Menurut Dr. Ezzat Abbouleish MD ilmu kedokteran itu tak lahir dalam waktu semalam. Menurutnya ada tiga periode pasang surut perkembangan kedokteran islam. Periode pertama adalah pada abad 7 hingga 8 M. Pada masa itu terjadi penerjemahan buku-buku Yunani dan bahasa asing lainya kedalaman bahasa arab. Diantara para tokoh penerjemah pada waktu itu adalah Jurjis ibnu Bakhtis, Yuhanna ibu Masawaya, serta Hunain ibnu Ishak.Penerjemahan itu tak hanya dilakukan oleh para ahli yang menganut islam saja, akan tetapi juga orang kristen yang ditunjuk untuk menerjemahkan karya-karya itu. Periode kedua terjadi proses transfer ilmu pada abad 7 dan 8 M yang membuahkan hasil pada abad ke 9 hingga 13 M. Pada periode ini, muncul para ilmuwan muslim yang berkontribusi dalam kedokteran hingga saat ini, mereka adalah Al-Razi, Al-Zahrawi, Ibnu Sina, Ibnu Rusyd dan lain sebagainya. Periode ketiga ilmu kedokteran islam mengalami kemunduran seiring dengan runtuhnya era kejayaan islam di abad pertengahan atau setelah abad 13.[5]
Sekalipun memiliki identitas yang berdiri sendiri, farmasi berkembang dibawah ilmu kedokteran islam, terutama di awal abad 9 di Baghdad, ibukota dinasti Abbasiyah. Disinilah obat-obat bius dan rempah-rempah dari Asia dan Afrika tersedia dan kebutuhan pengobatan mendapat perhatian lebih karena hubunganya yang dekat dengan instalasi militer.[6]
Farmasi atau apotik adalah ilmu obat dengan berbagai macamnya yang berupa tumbuh-tumbuhan, hewan dan mineral. Untuk meramu obat-obat ini menuntut penguasaan pengetahuan tentang ilmu tumbuh-tumbuhan, hewan, mineral dan kimia. Asal kata shaidalah (farmasi) adalah dari kalimat varmxa dari bahasa Fir’aun yang berarti menyajikan obat dari ramuan. Sedangkan asal kata shaidaliyah atau ajzakhanah (apotik) adalah kata ibotika dari bahasa Yunani yang berarti tempat menyimpan. Ia adalah nama kuno untuk wilayah Abu Tig yang berada di mesir jauh, yang dijadikan sebagai tempat penyimpanan minyak wangi dan obat-obatan oleh bangsa mesir kuno.[7]
Farmasi dalam artian Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah cara dan teknologi pembuatan obat serta cara penyimpanan, penyediaan, dan penyalurannya sedangkan kefarmasian yaitu segala sesuatu yang berhubungan dengan farmasi; perihal farmasi itu sendiri.[8] Imam Muslim dalam shahihnya meriwayatkan bahwa Nabi Sholallahu ‘Alaihi Wassalam, bersabda: “Setiap penyakit ada obatnya dan apabila obat yang tepat diberikan untuk penyakit tersebut, maka ia akan melenyapkannya, Insya Allah”. Juga diriwayatkan dari Bukhari dan Muslim bahwa Rasulullah bersabda: “Allah tidak menurunkan suatu penyakit kecuali Dia menurunkan obatnya”. Demikian jua dalam riwayat lain seperti Imam Ahmad dan dalam riwayat Ibn Majah, An Nasa’I, Al-Hakim dan Ibn Hiban terdapat ungkapan yang senada. Dari ungkapan tersebut makamembuktikan bahwa segala pengobatan untuk segala jenis penyakit di dunia ini telah disediakan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Dan memberikan kesempatan pada manusia untuk bereksplorasi dan pencarian obat-obatan yang sesuai dengan penyakitnya.

Dengan seperti itu membuktikan bahwa kekuasaan Allah dalam menciptakan penyakit dan melenyapkan penyakit. Sehingga upaya penyembuhan harus dilakukan manusia, tetapi masalah hasil akhir hanya Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang mengetahui dan menentukan.

Ibn Qoyim Al Juziyah menyatakan bawa “Upaya penyembuhan merupakan bagian dari takdir yang ditentukan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala, sehingga sangat mungkin suatu penyakit yang sama diobati dengan obat yang sama tidak menghasilkan tingkat kesembuhan yang sama”.[9]

Hadits-hadits tersebut juga membuktikan bahwa menjadi tanggung jawab manusia (khususnya farmasi) untuk berusaha melakukan penemuan-penemuan untuk pengobatan-pengobatan bagi penyakit-penyakit yang belum dapat disembuhkan seperti AIDS atau mungkin penyakit lain yang Insya Allah akan di berikan obatnya kemudian.

“Katakanlah wahai Muhammad: Perhatikanlah (telitilah) apa-apa yang ada di langit dan di bumi”. QS. Yunus (10): 101. Pada bagian lain “Bacalah dan Tuhan-mulah Yang Maha Pemurah, yang mengajari (manusia) dengan perantaraan qalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”. QS. Al-‘Alaq(96): 3-5.

Dari kandungan Al-Qur’an ini tergambar bahwa pengembangan sains merupakan tugas manusia, karena terus meneliti untuk mendapatkan ilmu baru adalah sebuah kewajiban bagi manusia untuk terus belajar dari apa yang diperoleh dari hasil kajian itu.

Oleh karena itu, Allah memberikan manusia kemampuan berfikir dan bekerja untuk menghasilkan teknologi baru dari apa yang mereka dapat dari kajian ilmiah. Ilmu genetika molekuler dan kedokteran ditandai oleh perkembangan yang sangat luar biasa penghasil ilmu baru dan teknologi pengobatan yang canggih dari hasil kajian berbagai pakar kedokteran.[10]

B. TOKOH ISLAM DALAM BIDANG KEDOKTERAN DAN CAPAIANNYA
1.      AR-RAZI (ABU BAKAR AR-RAZI)
Abu Bakar Ar-Razi dilahirkan di Provinsi Rayy, Iran pada tahun 240 H (854 M). Tentang tahun wafatnya, ada dua pendapat, pendapat yang pertama (menurut Ibnu Katsir dalam “Al-Bidayah) disebutkan bahwa Ar-Razi wafat pada tahun 311 H (923 M).[11]
Abu Bakar Ar-Razi atau Zakaria Ar-Razi atau di Barat lebih dikenal dengan sebutan Rhazes merupakan dokter muslim terbesar dan guru besar Islam dalam ilmu kedokteran bagi dunia Islam dan Eropa.Beliau menulis buku keurang lebih ada 56 buku bidang kedokteran.
Buku yang telah dibuat oleh Ar- Razi:
a.       Kitab Al-Hawi, merupakan buku ensiklopedia kedoktean yang meliputi semua ilmu pengetahuan kedokteran Arab, Yunani, dan India. Untuk mengetahui tentang kebenaran buku ini, kita cukup mendengarkan komentar obyoktif seorang orientalis Jerman, Zigrid Hunke berikut : Perpustakaan fakultas kedokteran di Universitas Paris sejak lima ratus tahun yang lalu tidak ada buku-buku yang lain, selain Al-Hawi. Al Hawi terdiri dari sepuluh juz, masing-masing berisi tentang pengobatan masing-masing anggota badan.
b.      Kitab Ath-Thib Al-Manshuri. Dalam buku ini Ar-Razi menjelaskan tentang anatomi tubuh manusia, termasuk anatomi kerangka manusia dan susunan urat saraf serta anatomi pembuluh darah dan tenggorokan.
c.       Kitab Ath-Thib Al Muluki. kitab ini berisi tentang cara mengobati berbagai macam penyakit yang menyerang manusia dengan cara pengobatan helbal lewat makanan.
d.      Kitab Al-Asrar. Buku ini berisi tentang obat-obatan secara medis dan cara serta teknik pencampurannya.
e.       Kitab Al-Jadari wa Al-Hishbah. Buku ini berisi penjelasan tentang penyakit cacar dan bagaimana cara mendiagnosanya sejak dini dan membedakannya dengan penyakit cacar air. Buku ini sudah dicetak lebih dari 40 kali dalam bahasa Inggris pada tahun 1498 s.d 1866 M.
f.       Kitab Man La Yahdhuruhu Ath-Thabib. Buku ini berisi tentang pertolongan pertama pada kecelakaan sebelum dibawa ke dokter.
g.      Kitab Manafi Al-Aghdziyah. Dalam buku ini dijelaskan tentang pengaruh makanan bagi kesehatan secara umum serta bahayanya dalam keadaan mengudap penyakit tertentu. Buku ini merupakan buku kedokteran pertama dalam bidang makanan.
h.      Kitab Qoshas wa hikayat Al- Mardho. Kitab ini berisi tentang kisah penelitiannya dalam masa hidupnya.
Karya Ar- Razi Dalam  Bidang Kedokteran dan Farmasi:
a.       Ar-Razi menemukan pengaruh faktor kejiwaan dalam mengobati berbagai penyakit pada anggota tubuh.
b.      Ar-Razi merupakan pelopor dalam bidang klinik kedokteran dan orang yang pertama kali melakukan eksperimen pengobatan kepada hewan sebelum dipraktikan kepada manusia.
c.       Ar-Razi adalah orang yang mampu membedakan antara penyakit cacar biasa dengan cacar air yang hampir serupa pada dua gejala ini.
d.      Ar-Razi adalah dokter yang pertama kali membedakan antara mulas di usus kecil dengan gangguan usus besar.
e.       Ar-Razi adalah orang yang paling unggul dalam bidang kedokteran dan operasi mata.
f.       Ar-Razi berhasil menemukan benang jahit untuk operasi yang terbuat dari bahan selaput hewan.
g.      Ar-Razi adalah orang yang pertama kali menjelaskan penggunaan perban gypsum pada pengobatan patah tulang.

2.      AL-KINDI
Abu Yusuf Bin Ishaq Bin Ash-Shabah Bin Imran Bin Al-Asy’ats Bin Qais. Ia lahir di Kufah pada tahun 188 H (804 M) dan wafat pada tahun 260 H (874 M).[12]Al-Kindi adalah seorang ilmuwan besar muslim dalam bidang kedokteran dan pemilik salah satu pemikiran terbesar yang dikenal sepanjang peradaban manusia.
Al Kindi mengarang buku yang berjudul Ar- Rasail Ath-Tabbiyah Al-Ihda wa Al-Isyrin. Dalam buku ini memuat beberapa cara pembedahan.
3.      AZ ZAHRAWI
Nama lengkap beliau adalah Abu Al Qosim Khalaf bin abbas Az-Zahrawi. Beliau larir di Az-Zahra pada tahun 325 H (936 M) dan meninggal pada tahun 404 H (1013 M).
Beliau mengarang kitab yang berjudul Ath-Tashrifi Man Ajazaan At- Ta’lif. Buku ini berisi mengenai ensiklopedia kedokteran yang terdiri dari 30 juz dan dilengkapi dengan lebih dari 200 macam peralatan dan perlengkapan bedah.

4.      IBNU SINA
Dia bernama lengkap Abu Ali Al-Husin bin Abdullah bin Sina. Dilahirkan di desa Avansa dekat provinsi Bukhara-sekarang Uzbekistan, Persia pada tahun 370 H (980 M) dari seorang ayah asli Balkan, wafat pada tahun 428 H (1037 M) di Hamdzan-sekarang Iran, dalam usia 58 tahun.[13]
Ibnu Sina telah hafal Al-Qur’an dalam usia 10 tahun, dia dikenal dengan gelar “Asy-Syaikh Ar-Ra’is”, karena kemampuan ilmunya dan ketokohannya. Oleh orang-orang Eropa dan Barat, nama dia dikenal dengan sebutan Avicenna.
Ibnu Sina adalah ilmuwan terbesar kedua di bidang kedokteran, setelah Ar-Razi. Dia juga dikenal sebagai filsuf terbesar muslim yang pemikirannya paling banyak berpengaruh di Barat. Bahkan sebagian buku menyebut dia dengan gelar “Amirul Athibba’” (pemimpim para dokter). Ibnu Sina diakui sebagai orang terbesar yang pernah dimiliki dunia.
Penemuan-Penemuan Ibnu Sina Di bidang Kedokteran
a.       Dalam Cara Pengobatan. Ibnu Sina adalah orang yang pertama kali menemukan cara pengobatan bagi orang sakit dengan cara menyuntikkan obat ke bawah kulit.
b.      Menulis kitab al Qonun. Kitab ini terdiri dari 5 juz yang berisi tentang anatomi, tugas kerja anggota tubuh, karakteristik penyakit, kesehatan dan pengobatan.
c.       Dalam Mengobati Orang yang Tercekik Kerongkongannya. Ibnu Sina membuat penemuan dari pipa udara yang terbuat dari emas dan perak, kemudian diamasukkan ke dalam mulut dan diteruskan ke kerongkongan untuk mengobati orang yang tercekik dan sulit bernafas.  Dia diakui sebagai orang yang pertama kali dalam sejarah yang mampu memaparkan penyakit tenggorokan dan sebab-sebanya. Dalam Mengobati Penyakit Dalam.
d.      Ibnu Sina adaalah orang pertama kali yang mampu mendiagnosa secara akurat antara peradangan pada paru-paru dan pembengkakan pada hati. Dia adalah orang yang pertama kali berhasil mengobati kram pada perut yang disebabkan oleh faktor psikologis. Dia pulalah yang mampu membedakan antara mulas pada ginjal dan mulas pada lambung. Dalam Hal Penyakit yang Menjadi Benalu (parasitic).Ibnu Sina adalah orang yang pertama kali menemukan cacing Ancylostoma atau yang disebut cacing lingkar. Ini berarti Ibnu Sina telah mendahului dokter ahli dari Italia yang menemukan cacing jenis ini, karena dokter dari Italia itu baru menemukannya pada tahun 1838 M, atau sembilan abad setelah masa Ibnu Sina.

6.      IBNUL BAITHAR
Nama lengkap dia adalah Abu Muhammad Abdullah bin Ahmad Al-Baithar Dhiauddin Al-Maliqi Al-Andalusi. Lahir pada tahun 589 H (1193 M) di sebuah perkampungan bernama Malaga yang terletak di sebelah selatan Andulusia, dan wafat pada tahun 646 H (1248 M) di kota Damaskus, Syiria dalam usianya ke lima puluh sembilan.
Karya utama Al-Baithar adalah Kitab AlJami fi Adwiya Al-Mufrada. Kitab ini merupakan sebuah karya botanical terkemuka dalam bahasa Arab. Berisi kumpulan ramuan obat-obatan. Buku ini pada hakikatnya, adalah yang terpenting selama seluruh periode dari Dioscorides sampai abad ke-16. Buku ini adalah suatu karya ensiklopedi tentang ramuan obat-obatan. Mengungkapkan lebih dari 1.400 obat-obatan medical.
Karya monumental Al-Baithar yang kedua adalah Kitab Al-Mughani fil Adwiya Al-Mufrada. Merupakan sebuah materia medica-pengajaran tentang obat-obatan dan khasiatnya. Buku ini berisi 20 bab, termasuk yang menguaraikan ramuan untuk sakit kepala, telinga, mata, untuk kosmetika, ramuan untuk demam, penangkal racun, dan ramuan obat-obatan yang paling sederhana.
7.      IBNU RUSYD
Nama lengkapnya adalah Abu Al-Walid Muhammad bin Abu Qasim bin Abu Al-Walid Muhammad bin Ahmad bin Rusyd. Dikalangan orang Barat ia lebih dikenal dengan sebutan Averroes. Lahir pada tahun 520 H (1126 M), dan wafat pada tahun 595 H (1198 M). Dia mendapatkan gelar “Asy-Syarih Al-A’zham” atau penerjemah besar. Oleh Sarton (sejarawan ilmu), ia pernah dipuji dengan penilaian sebagai berikut : Ketenaran Ibnu Rusyd dalam filsafat hamper menutupi penemuan dan prestasinya di dunia kedokteran. Padahal, sebenarnya ia adalah seorang dokter ternama pada masanya. Ibnu Rusyd dikenal sebagai bintang intelektual muslim berkebangsaan Spanyol yang paling cemerlang selama abad-abad pertengahan.
Karya-karya Ibnu Rusyd antara lain :
a.       Kitab “Al-Kulliyat fi At-Thib”. Sebuah buku ensiklopedi kedokteran yang mencapai tujuh jilid. Di dalam buku tersebut diterangan tentang jenis-jenis penyakit dan obatnya, pembedahan, a peredaran darah.
b.      Juga dalam beberapa bukunya, Ibnu Rusyd telah menjelaskan susunan mata. Dia juga menyebutkan suatu realita ilmiah yang berisikan bahwa manusia hanya akan terkena penyakit cacar sekali dalam seumur hidup. Dia pernah bekomentar tentang anatomi, “Siapa yang mempelajari tentang anatomi, keimanannya kepada Allah akan bertambah”.


BAB III
       PENUTUP

          A. SIMPULAN
Kedokteran Islam adalah  sistem pengobatan yang didasarkan pada penemuan beberapa rahasia yang disebutkan ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits nabawi dalam pengobatan dan kesehatan. Dalam islam juga membahas mengenai ilmu farmasi. Farmasi adalah ilmu obat dengan berbagai macamnya yang berupa tumbuh-tumbuhan, hewan dan mineral, serta cara dan teknologi pembuatan obat lengkap dengan penyimpanan, penyediaan, dan penyalurannya.
Sejarah kedokteran islam dimulai pada Periode pertama, dimulai dengan gerakan penerjemahan literature kedokteran dari Yunani dan bahasa lainnya ke dalam bahasa Arab yang berlangsung pada abad ke-7 hingga abad ke-8 Masehi. Periode kedua, proses transfer ilmu kedokteranyang berlangsung pada abad ke-7 dan ke-8 membuahkan hasil pada abad ke-9 M hingga ke-13 M, Periode ketiga, setelah abad ke-13 M, ilmu kedokteran yang dikembangkan sarjana-sarjana Islam.
Islam berhasil mencetak dokter dan ahli dalam bidang kesehatan, antara lain adalah Abu Bakar Ar-Razi, Al Kindi, Az-Zahrawi, Ibnu Sina.
B. SARAN
Berdasarkan Uraian diatas, kita sebagai umat muslim seharusnya lebih giat dalam mendalami ilmu agama dan ilmu pengetahuan. Ilmu agama dan Ilmu pengetahuan pada dasarnya adalah ilmu yang dapat berjalan bersama. maka dari itu, umat muslim wajib untuk mempelajarinya demi kesuksesan dunia dan akhirat.



  

  

DAFTAR PUSTAKA

Sains Islam: Perkembangan Farmakologi di Era Khilafah. 2011. (online) republika.co.id, diakses pada tanggal 11 November 2015
Ahmad, Fuad Basya. 2015.Sumbangan keilmuan islam pada dunia, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar
Tim Penulis Dosen UMS. 2014. Studi Islam 3, Surakarta: Lembaga Pengembangan Al-Islam dan Kemuhammadiyahan (LPIK) universitas Muhammadiyah Surakarta
Nasim, Butt. 1991. SAINS & Masyarakat Islam, Terjemahan oleh Masdar Hilmy.1996.Bandung: Pustaka Hidayah
Jumin, Hasan Basri. 2012. Sains dan Teknologi dalam Islam. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada





[1]Prof. Dr. Ahmad Fuad Basya, Sumbangan keilmuan islam pada dunia, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2015, 363
Hadits itu terdapat dalam HR. Abu Dawud, 3855, AT Tirmidzi 2038 dan Ibnu Majah 3436, dari usamah bin Syuraik At-Tirmidzi berkata “Hadits ini adalah hasan shahih”
[2] Kamus Besar Bahasa Indonesia offline, di akses pada 13 november 2015.
[3] Sudarno Shobron. 2014. studi islam 3. Surakarta: LPIK. halaman 372.
[4]Prof. Dr. Ahmad Fuad Basya, Sumbangan keilmuan islam pada dunia, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2015), hal 362
[5]Tim Penulis Dosen UMS, Studi Islam 3, (Surakarta: LPIK universitas Muhammadiyah Surakarta, 2014), hal 371-375
[6]Masdar Hilmy, SAINS & Masyarakat Islam, Bandung: Pustaka Hidayah, 1996, hal. 118 (yang diterjemahkan dari buku Science and muslim Society karangan Nasim Butt, terbitan tahun 1991)
[7]Prof. Dr. Ahmad Fuad Basya, Sumbangan keilmuan islam pada dunia, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2015), hal 412
[8] Kamus Besar Bahasa Indonesia offline, di akses pada 12 november 2015.
[9]Tim Penulis Dosen UMS, Studi Islam 3, (Surakarta: LPIK universitas Muhammadiyah Surakarta, 2014), hal 340.
[10] Hasan Basri Jumin. Sains dan Teknologi dalam Islam. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2012)  Halaman 33.
[11] Ahmad Fuad Basya. Sumbangan keilmuan islam pada dunia, (Jakarta:Pustaka Al-Kautsar, 2015) halaman 377
[12] Ahmad Fuad Basya. Sumbangan keilmuan islam pada dunia, (Jakarta:Pustaka Al-Kautsar, 2015) halaman 376
[13] Ahmad Fuad Basya. Sumbangan keilmuan islam pada dunia, (Jakarta:Pustaka Al-Kautsar, 2015) halaman 380.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar